ANAS bin Malik menuturkan, “Ketika aku sedang berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti biasanya beliau ingin melihat sendiri urusan-urusan kaum muslimin. Beliau memakai jubah Najran dari Yaman yang bahannya kasar. Tiba-tiba ada seorang Arab Badui yang berjalan mendahului beliau. Kemudian orang itu menarik jubah dengan keras dan kasar, hingga kau melihat pundak Nabi memerah karena kuatnya tarikan itu. Sikap orang itu membuatku ingin membalasnya, namun Nabi melarangnya.
Tak lama, orang Badui memanggil nama beliau “Hai Muhammad tanpa menyebut “Rasulullah.” untuk kedua kalinya aku ingin sekali memukul lelaki itu seandainya Rasulullah tidak mencegahku. Lalu, Badui itu melanjutkan bicaranya sementara ia masih menarik jubah Nabi, “Suruh orang-orang agar memberikan kepadaku harta Allah yang ada pada dirimu. Sesungguhnya kamu tidak membawa hartamu sendiri dan harta ayahmu.”
BACA JUGA: Mereka Lebih Takut pada Umar daripada Rasulullah
Nabi menjawab dengan penuh ketenangan, beliau bersabda, “Harta itu milik Allah dan aku adalah hamba-Nya.”
Mendengarnya, orang Badui itu justru tertawa di hadapan Nabi lalu berkata, “Kirimkan padaku seseorang dan perintahkan dia membawa dua unta. Unta yang satu membawa gandum, satunya lagi membawa kurma.
Rasulullah pun bertanya padanya, “Apakah cukup pemberianku ini padamu yang diambil dari harta milik Allah yang ada pada diriku?”
Badui itu kembali menjawab beliau, “Ya, cukup.”
Hanya itu yang keluar dari mulut orang badui itu, aku berkata pada Rasulullah, “Ya Rasulullah, orang itu sangat tidak sopan terhadapmu. Ia berbicara kepadamu dengan kasar, menarik jubahmu hingga membekas di pundakmu, lalu engkau memberikannya harta?”
Beliau lantas menjawab sambil menenangkan Anas, atau siapapun yang mendengarnya, “Wahai Anas, aku diperintahkan berbicara dengan orang-orang sesuai kemampuan akal mereka.”
BACA JUGA: Mukjizat dari Celah Jari Rasulullah
Beliau melanjutkan dengan firman Allah,
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ…
“…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran Ayat 134)
“Wahai Anas, seorang muslim yang bergaul dengan orang-orang dan bersabar atas perilaku buruk mereka itu lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan mereka dan tidak bersabar atas perilaku buruk mereka.” Jelas Rasulullah. []
Sumber: Dr. Utsman Qadri Mukanisi. 2017. Qishah rawana al-Shahabah Ridhwanullahi ‘alaihim, Cerita-cerita Memikat dari Sahabat. Jakarta: Qalam.