SETIAP manusia pasti akan ada sosok yang selalu menemaninya. Jika orang yang beriman, maka sosok tersebut akan menghasutnya untuk menggugurkan keimanannya. Hal ini karena tujuan dia hanyalah untuk menghancurkan keturunan anak cucu Nabi Adam, dan mencari temannya di neraka kelak. Dialah setan, iblis dan yang semisal dengan itu yang dikenal sebagai makhluk pertama yang menunjukkan kesombongannya, hingga menjadi makhluk terhina.
Al Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Abdul Hasan Al Fira’ menceritakan kepada kami, Abu Bakr Ahmad bin Ishaq Al Jauzajani menceritakan kepada kami, Salamah menceritakan kepada kami dari Abdur Razzaq dari Ma’mar dari Az Zuhri dari Shafiyah binti Jahsy, bahwasanya Rasululllah SAW bersabda, “Setan itu mengalir di dalam (tubuh) manusia seperti mengalirnya darah.”
Al Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepada kami, Abul Hasan Al Fira’ menceritakan kepada kami, Abu Bakr Ahmad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Salamah menceritakan kepada kami dari seseorang yang menceritakannya dari Al Kalbi dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas RA di dalam menafsirkan surah An Nas yang berbunyi:
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang berbunyi, yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia’,” (QS. An Nas: 1-6), Ibnu Abbas menyatakan bahwa setan itu masuk ke dalam hati jin sebagaimana masuk ke dalam hati manusia, lalu membisikkan kejahatan di hati mereka, di mana apabila mereka berdzikir kepada Allah, maka setan itu lari dan keluar dari hati mereka.
Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, “Aku diutus berseru dan menyampaikan (risalah), dan sama sekali aku tidak mempunyai hak untuk memberikan hidayah (petunjuk). Dan iblis itu diciptakan untuk membujuk, dan sama sekali tidak mempunyai hak untuk mneyesatkan.”
Maksudnya, iblis hanya menggoda untuk melakukan maksiat dan tidak lebih dari itu. Oleh karena itu, setiap orang harus bersungguh-sungguh untuk menolak bisikan iblis yang ada pada dirinya dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melawan ajakan musuhnya itu, karena Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh,” (QS. Fathir: 6).
Orang yang berakal sehat harus mengetahui mana kawan dan mana lawan, lalu mengikuti kawan dan meninggalkan lawan.[]
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin Peringatan bagi Orang-orang yang Lupa 2/Karya: Abu Laits as Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang