RASULULLAH shalallahu alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat pun menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau shalallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang tidak dia sukai.” (HR. Musilm).
Sengaja atau tidak, pembicaraan yang mungkin terasa ringan ini sangat berat di sisi Allah. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat: 12).
BACA JUGA: Ghibah yang Dibolehkan
Begitu pun ketika ada paksaan atau ancaman. Rahasia mesti dibela habis-habisan. Asma binti Abu Bakar siap mengorbankan nyawa sekali pun demi rahasia keberangkatan hijrah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan ayahnya. Karena bungkamnya Asma, tokoh Quraisy tak menyangka kalau Rasul dan Abu Bakar berputar ke arah selatan Mekah. Bukan langsung ke utara menuju Madinah.
Terjaganya amanah rahasia berbanding lurus dengan kokohnya iman seseorang. Ada rasa kebersamaan dengan Allah atau ma’iyatullah. Boleh jadi, si pemilik rahasia tidak tahu kalau rahasianya sedang diungkap. Tapi, Allah selalu tahu seperti apa pun keadaan hamba-Nya.
BACA JUGA: Cara Rasulullah Menghitung Dzikir
Rahasia akan tetap aman di tangan orang yang beriman. Ketika ada rangsangan untuk mengungkapkan: bisa karena kesal, dendam; rahasia tetap terjaga karena kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi. Akan selalu muncul pemahaman, Allah mengganjarkan kebaikan buat mereka yang teguh menjaga amanah. []