ORANG kaya sudah ada sejak jaman dahulu kala. Kisah mereka bahkan bisa dijadikan pelajaran. Bukan hanya soal kesuksesan duniawi semata, melainkan juga peringatan bahwa harta kekayaan pun bisa menjerumuskan manusia kepada kesesatan dan kebinasaan.
Alquran bukan hanya berisi perintah dan anjuran, tapi juga larangan dan peringatan. Salah satunya disampaikan dalam bentuk kisah. Diyakin bahwa memang ada orang-orang kaya terdahulu yang dibinasakan oleh Allah SWT karena perbuatan dan kesesatan mereka di dunia. Kisah mereka disebutkan dalam beberapa ayat Alquran.
Siapa saja mereka?
BACA JUGA: Orang Kaya yang Celaka
Dilansir dari alukah, berikut 3 orang kaya bergelimang harta atau borjuis yang disebutkan dalam Alquran sebagai orang-orang yang tersesat lantaran kekayaannya:
1 Pemilik dua kebun
Orang kaya yang disebutkan dalam Alquran adalah pemilik dua kebun. Kisah pria kaya tersebut diceritakan di dalam surat Al Kahfi. Allah SWT berfirman:
وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا * وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا * وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا * قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا
“Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: ‘Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat’, dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata, ‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya’, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu’.
Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya-sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (QS Al Kahfi ayat 34-37).
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir berkata, pemilik dua kebun tersebut teperdaya ketika melihat kesuburan tanam-tanamannya, buah-buahan, dan pepohonannya, serta sungai-sungai yang mengalir di dalam kebun-kebunnya itu, hingga ia menduga bahwa kebun-kebunnya itu tidak akan lenyap, tidak akan habis, tidak akan rusak, dan tidak akan binasa.
Demikian itu karena kedangkalan akalnya, kelemahan keyakinannya kepada Allah SWT, kekagumannya kepada kehidupan dunia dan perhiasannya, serta keingkarannya terhadap kehidupan di akhirat. Karena itulah disebutkan firman selanjutnya, menyitir perkataannya: “Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang.” (QS Al Kahfi 36)
Maksudnya, menurut Ibnu Katsir, hari kiamat itu tidak akan terjadi menurut keyakinannya. “Dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu.” (QS Al Kahfi 36)
Yakni seandainya hari kembali itu ada dan semuanya dikembalikan kepada Allah, tentulah aku di sana mendapat bagian yang lebih baik daripada yang ada sekarang di sisi Tuhanku.
Seandainya tidak ada kemuliaan bagiku di sisi-Nya, tentulah Dia tidak akan memberiku semuanya ini. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لَئِنْ رُجِعْتُ إِلَىٰ رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَىٰ ۚ
“Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, maka sesungguh¬nya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.” (QS Fussilat 50)
Akibat dari kemewahan dan keangkuhan kaum borjuis yang satu ini, Allah SWT kemudian menghancurkan kekayaannya. Allah berfirman,:
وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَا أَنْفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا
“Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata, “Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.” (QS Al Kahfi 42)
2 Qarun
Orang kaya yang lainnya adalah Qarun. Kisahnya sudah sangat terkenal. Qarun adalah orang paling takabur di zaman Nabi Musa. Orang kaya yang satu ini memuji dirinya sendiri.
Kisah Qarun ini termuat dalam surat Al Qasas. Allah SWT berfirman:
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ * وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ * قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
“Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri’. (QS Al Qasas ayat 76).
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al Qasas ayat 77).
“Dia (Qarun ) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.” (QS al Qasas ayat 78).
3 Kaum Saba
Kisah lainnya adalah tentang kaum Saba. Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ * فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ * ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ
“Sungguh, bagi kaum Saba ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Mahapengampun.”
Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Asl dan sedikit pohon sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (QS Saba ayat 15-17)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Saba adalah nama raja-raja negeri Yaman dan juga nama penduduknya, dan Tababi’ah (jamak Tubba’ nama julukan Raja Yaman) berasal dari keturunan mereka. Balqis (teman wanita Nabi Sulaiman AS) termasuk salah seorang dari raja-raja negeri Yaman.
Dahulu kala mereka hidup berlimpah dengan kenikmatan dan kesenangan di negeri mereka. Kehidupan mereka sangat menyenangkan, dan rezeki mereka berlimpah, begitu pula tanam-tanaman dan buah-buahannya.
Kemudian Allah SWT mengutus kepada mereka rasul-rasul yang memerintahkan kepada mereka agar memakan rezeki Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan cara mengesakan dan menyembah-Nya.
Mereka tetap diseru oleh para rasul selama masa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Tetapi mereka berpaling dari apa yang diperintahkan oleh para rasul kepada mereka. Akhirnya mereka diazab dengan didatangkan kepada mereka banjir besar yang memporak-porandakan seluruh negeri.
Kisah mereka bisa menjadi pelajaran dan peringatan bagi kita semua. []
SUMBER: ALUKAH | REPUBLIKA