MANUSIA itu dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, manusia (individu) yang berusaha mencegah dirinya sendiri dari godaan nafsu yang mendorong kepada kejahatan. Namun di sisi lain hatinya masih memiliki perasaan untuk mencegah dan melawan hawa nafsu tersebut untuk melakukan kemunkaran. Sehingga menjadi nafsu yang tenang (mutmainnah). Apabila dalam suatu masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang demikian, maka akan diliputi kebaikan.
Kedua, perorangan (individu) yang hanya memiliki nafsu ammarah (pendorong ke arah kejahatan) tanpa mau mengoreksi diri sendiri. Kemudian terdapat kaum yang ditugaskan oleh Allah SWT untuk memelihara unsur-unsur kebaikan dan mengajak masyarakat kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran.
Ketiga, masyarakat yang ditimpa malapetaka karena kebatilan dan mungkar telah melanda seluruh aspek dan segi kehidupannya. Di saat itulah ajaran dari langit turun campur tangan karena manusia sudah tidak mampu lagi memperbaiki keadaan mereka dengan manghapus kejahatan pada sesamanya.
BACA JUGA: 4 Ciri Orang Munafik, Hati-Hati Anda Mungkin Salah Satunya
Tampak nya sudah jadi suratan-Nya bahwa jika kebatilan meencapai puncaknya, datanglah hak (kebenaran). Tetapi yang namanya kebatilan itu tidak mudah menyerah terhadap kebenaran. Dia akan selalu berusaha dengan gigih untuk mempertahankan kedudukannya dengan segala keganasan dan kekejiannya.
Dia juga akan menentang dan melawan hak dengan segala daya dan kemampuan yang dimilikinya, baik secara terbuka (konfrontatif) maupun secara sembunyi-sembunyi. Padahal Allah SWT sudah menunjukan peringatan dengan adanya bencana alam seperti gempa bumi namun tak sedikit yang tidak menjadikan nya kembali pada jalan yang benar.
Nafsu manusia itu selalumendambakan kekuatan, tetapi dalam kadar yang berbeda. Seorang yang beriman memiliki kekuatan dan ketabahan, selalu berpegang teguh pada ajaran Allah SWT sehingga mampu menghadapi keganasan dan kekejian kebatilan.
Dalam diri seorang mukmin memiliki dua kekuatan, tetapi dalam diri orang yang tidak beriman hanya ada satu kekuatan. Dirinya tidak mampu memikul beban pelaksanaan ajaran Allah SWT. Kekuatannya hanyalah mengikuti seruan kebatilan untuk menentang ajaran Allah SWT.
Ada juga golongan lainnya, yaitu mereka yang lemah dalam mengikuti hak dan lemah pula dalam menentang kebatilan. Mereka sedikitpun tidak mempunyai kekuatan bagi dirinya sendiri, karena itulah dia tidak mampu menerima kebenaran. Golongan ini lah yang disebut munafik.
Nafsunya sangat ganas dan rakus karena seluruhnya telah dikuasai oleh kebatilan. Dia tak mampu lagi mengendalikan dan mengekang diri sendiri. Dia berkata beriman namun tetap melakukan kebatilan. Mereka ini (kaum munafik) lebih berbahaya dari kaum kafir.
BACA JUGA: Karakter Orang Munafik; Mempercepat Shalat
Sebab orang kafir menolak dan menentang secara jelas dan terang-terangan, sedangkan kaum munafik mengaku beriman hanya untuk mendapatkan perlindungan dan kepentingan diri. kaum munafik menganggap kebenaran sebagai perisai untuk melindungi dirinya. Lalu mereka merasa kurang puas dan kurang yakin dengan keimanan mereka.
Karena itulah mereka menghunuskan pedang yang lain untuk mematahkan kebenaran dengan berandaskan pada hawa nafsu. Mereka bekerja dalam kegelapan sehingga lawannya tidak menyangka akan kehadirannya. Untuk itulah orang munafik lebih berbahawa dari pada orang kafir. []
REFERENSI: ANDA BERTANYA ISLAM MENJAWAB/PROF.DR.M.MUTAWALLI.ASY SYARAWI/GEMA INSANI/2007