Oleh: Novi Fitriani, nsuccesfull@gmail.com
KALKULASI menjadi warna tersendiri di setiap investasi. Istilahnya, gue dapat apa jika gue ngasih lu dana? Mengungkung diri bersama layar-layar pergerakan jual beli saham. Iming-iming tingkatan sejumlah uang dari setiap keuntungan perusahaan menjadi keyakinan para investor untuk menanamkan modal. Dari yang “baru kenalan” dengan saham atau bahkan orang yang “sudah menikahi” saham dibuat mabuk kepayang.
Ironis, beberapa orang menjadi korban penipuan atas investasi bodong yang nggak jelas asal-usulnya. Kekayaan dieksploitasi besar-besaran demi tujuan melipatgandakan, namun berakhir sesenggukkan. Tak peduli dari pinjam sana-sini. Toh, slogan mereka tetap sama, “asal besar balik modalnya, tak masalah nyediain uang berapa saja”.
Terkadang manusia lalai terhadap risiko yang bisa diterima kapan saja, seperti kerugian akibat penurunan nilai investasi dan kebangkrutan yang dapat mengancam hilangnya uang yang dimasukkan. Orientasi pada deretan angka kerap melenakan rasional.
Berbeda ketika investasi bukan atas nama dunia. Tentu, kerugian tidak pernah menyapa. Sayang, investasi ini sering diabaikan, enggan dipandang, bahkan memicingkan mata karena terpaksa. Ialah investasi akhirat (red: sedekah dan infaq).
Tampak jelas bukti orang-orang yang rakus akan kekayaan. Mengapa? Karena manusia lebih suka fast return (instan dalam keterwujudan) dibandingkan sesuatu hal dari Invisible hand (milik Tuhan). Padahal itu amat baik untuk mereka. Sungguh, investasi akhirat tidak akan pernah merugi. “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah:261)
Banyak bukan? Lalu apa yang menahan langkah kakimu untuk bersedekah di jalan-Nya, wahai anak Adam? Mari bermuhasabah diri dengan firman yang satu ini, “Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang Diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yag mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan (Qs. Ali Imran: 180).
Anak Adam, harta yang kita dapatkan sekedar titipan untuk modal berbagi kebaikan. Sikap kikir, tamak, dan pelit terlalu berlebihan untuk mengekang harta yang istilahnya bukan milik kita secara utuh. Ingat, semua hanya titipan yang kelak Pemilik meminta pertanggungjawaban.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Dan orang-orang yang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat pula pada neraka” (HR. At-Tirmidzi).
Naudzubillah, yuk investasi akhirat, agar Allah senantiasa dekat dan mencurahkan rahmat. Landasi dengan sikap ikhlas supaya bermanfaat, sebab keikhlasanmu menjadi sayap-sayap kehalalan bagi mereka dan pahala untukmu juga. []
Semarang, 19 Safar 1437 H