Oleh: Ustadz Harman Tajang, Lc.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, kaya (hatinya), dan tersembunyi (yakni: orang yang fokus beribadah dan mengurusi dirinya sendiri-pent)”. (HR. Muslim, no. 2965).
DARI hadits di atas disebutkan bahwa ada beberapa golongan manusia yang dicintai oleh Allah. Tentu ketika mendengar hadist yang seperti ini membuat kita bersemangat agar kita termasuk golongan tersebut yang dicintai oleh Allah karena jika Allah cinta kepada seorang hamba maka Allah akan mengumumkan kecintaan itu di langit dan disampaikan kepada seluruh malaikat dan ditanamkan kecintaan itu di bumi.
BACA JUGA: Tempat-tempat Ini Sangat Dicintai oleh Nabi, Dimana Saja?
Disebutkan yang pertama adalah takwa
Allah SWT berfirman di dalam Alquran:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS Ali Imran : 102)
Umar bin Abdul Azis ra berkata: ”Kalimat atau wasiat takwa ini banyak disampaikan namun jarang sekali atau sedikit yang mengamalkan”.
Sebenar-benar takwa kata Ibnu Mas’ud ra: ”Yaitu ketika seseorang selalu ingat kepada Allah dan tidak lupa, kemudian yang kedua selalu bersyukur kepada Allah dan tidak kufur kepadanya dan yang ketiga selalu taat kepada Allah dan tidak bermaksiat kepadanya”. Jadi jika ada yang bertanya apa hakikat ketakwaan maka ini jawabannya.
Yang kedua, hamba yang kaya
Kekayaan yang dimaksudkan di sini adalah kekayaan jiwa yang memiliki sifat qana’ah yaitu merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepadanya baik ketika dzahirnya adalah kaya maupun tidak kaya dimata manusia karena ukuran kekayaan apa yang ada di dalam jiwa sebagaimana kata Rasulullah SAW, Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya(ghina’) adalah hatiyang selalu merasa cukup”. (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051).
Dia senantiasa ridho kepada Allah dengan apa yang Allah berikan kepadanya, sebagaimana dalam hadist Rasulullah bersabda:
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
“Ridholah dengan apa yang Allah bagikan untukmu maka engkau akan menjadi manusia yang terkaya”. (HR At-Tirmidzi). Adapun ketika dia tidak pernah merasa cukup karena sifat manusia adalah sifat ketamakan maka dia adalah orang yang miskin.
Dan yang ketiga, tersembunyi
Maksudnya adalah dia selalu berusaha menyembunyikan amalan shalih yang ia kerjakan daripada menampakkannya dan barangsiapa yang ingin dikuatkan hidayah dan keistiqamahannya maka perbanyaklah amalan-amalan yang tersembunyi yang tidak dilihat oleh orang lain sehingga yang mengetahuinya adalah antara dirinya dengan Allah.
Akar pada sebuah pohon semakin kuat akarnya yang tersembunyi di bawah tanah maka semakin kokoh batangnya, begitu pula amalan-amalan shalih yang rahasia, semakin banyak amalan rahasia yang kita miliki yang tidak diketahui oleh siapapun hanya antara kita dengan Allah SWT maka ini akan mengokohkan hidayah dan keistiqamahan yang Allah berikan kepada kita, walaupun tentunya sebagaimana yang pernah kita jelaskan bahwasanya tidak tercela menampakkan sebagian amalan yang utama yang memang harus ditampakkan.
BACA JUGA: 3 Resep Jadi Orang yang Dicintai dari Ustman bin Affan
Jangan setelah mendengar dari hadist sahabat Saad bin Abi Waqqash di atas kemudian tidak pergi ke masjid shalat berjamaah, ketika ditanya mengapa tidak ke masjid, ia berkata: ”Saya menyembunyikan amalan saya”. Ini adalah pemahaman yang keliru, jadi amalan yang wajib yang bisa ditampakkan maka tampakkan sebagai bentuk syiar sambil menjaga niat dan keikhlasan kita, seperti shalat lima waktu, mengeluarkan zakat untuk memberi motivasi kepada orang lain sebagaimana yag dikerjakan oleh sebagian sahabat, begitupula menunaikan ibadah haji dan umrah yang tidak bisa dikerjakan dengan sembunyi-sembunyi.
Adapun amalan-amalan yang sunnah hendaknya disembunyikan karena itu lebih afdhal sebagaimana disebutkan dalam hadist, dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah SAW bersabda:
أَفْضَلُ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
“Sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat wajib”. (HR. Bukhari no. 731 dan Ahmad 5/186, dengan lafazh Ahmad). []
SUMBER: MIM