KARDAM bin Qais sekutu Kaab bin Al-Asyraf, Usamah bin Habib, Nafi’ bin Abu Nafi’, Bahri bin Amr, Huyay bin Akhthab dan Rafi’ah bin Zaid bin At-Tabut bertemu dengan beberapa orang dari kalangan kaum Anshar. Dulu orang-orang Yahudi tersebut bergaul dengan kaum Anshar, yang kala itu belum menerima cahaya Islam.
Mereka menasihati sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dengan berkata kepada mereka, “Janganlah kalian menginfakkan harta kalian, karena itu akan menjadikan kalian menjadi orang miskin. Janganlah tegesa-gesa untuk berinfak, sebab kalian tidak tahu apa yang akan terjadi dengan nasib kalian kelak.”
Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat atas ucapan mereka:
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.(QS. an-Nisa’ : 37).
BACA JUGA: Ketika Nabi Bayar Utang kepada Seorang Yahudi
Yang dimaksud dengan karunia pada ayat di atas adalah Taurat yang membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ ۗ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا
وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ آمَنُوا بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللَّهُ ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِهِمْ عَلِيمًا
Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya. Apakah kemudaratannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rezeki yang telah diberikan Allah kepada mereka? Dan adalah Allah Maha Mengetahui keadaan mereka. (QS. An-Nisa’ : 38-39).
Rifa’ah bin Zaid bin At-Tabut adalah salah seorang pemuka Yahudi. Apabila berbicara dengan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, ia senantiasa memilin-milin lidahnya.
Ia berkata kepada Rasulullah, “Wahai Muhammad, dengarkanlah dengan seksama, agar kamu paham.”
Kemudian Rifa’ah bin Zaid bin At-Tabut juga menghina dan mencemooh Islam. Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya tentang dirinya:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يَشْتَرُونَ الضَّلَالَةَ وَيُرِيدُونَ أَنْ تَضِلُّوا السَّبِيلَ
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِأَعْدَائِكُمْ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَلِيًّا وَكَفَىٰ بِاللَّهِ نَصِيرًا
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَٰكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا
Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al-Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengati petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar). Dan Allah lebih mengetahui (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu). Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS. an-Nisa’: 44-46).
Suatu ketika, Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada pemuka-pemuka Yahudi seperti Abdullah bin Shuriya AI-A’war dan dan Ka’ab bin Asad, “Wahai orang-orang Yahudi, bertakwalah kepada Allah dan masuklah ke dalam Islam. Demi Allah sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa yang aku bawa adalah kebenaran.”
Orang-orang Yahudi berkata, “Kami tidak kenal itu wahai Muhammad.” Mereka ingkar terhadap apa yang sebenarnya telah mereka ketahui dan tetap bertahan dengan kekafiran.”
BACA JUGA: Komentar Orang Yahudi Atas Kematian Abu Umamah
Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آمِنُوا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَىٰ أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ ۚ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا
Hai orang-orang yang telah diberi Al-Kitab berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merobah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang berbuat maksiat)pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku. ” (QS. An-Nisa’: 47). []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media