Oleh: Iqbal Maulana, S.Pd., C.PS
maulanaiqbal128@gmail.com
SAYA teringat sebuah kalimat yang diucapkan oleh seorang teman, ia menyatakan bahwa, ikhlas itu diibaratkan seperti kita membuang sampah, yaitu lakukan dan lupakan. Jadi seperti itulah orang yang ikhlas.
Sama juga halnya dengan melakukan tugas pekerjaan, lakukan dan lupakan. Apabila ada permasalahan di tempat kerja, maka selesaikanlah di tempat kerja, jangan dibawa ke rumah atau tempat lainnya, begitupun sebaliknya. Hal tersebut merupakan pengaplikasian atas dua kata yang telah penulis jelaskan di atas.
Dengan begitu kita akan dapat belajar tentang arti sebuah keikhlasan dan kedisiplinan. Sehingga kita bisa menjadi orang yang ikhlas.
BACA JUGA: Dahsyatnya Surat Al-Ikhlas
Keikhlasan mengajarkan kita untuk tidak melulu mengharapkan balasan dari orang lain, dan tidak pula mengharapkan kebaikan sesuai dengan apa yang kita hajatkan. Sebab, ikhlas adalah suatu perbuatan baik yang hanya dikhususkan untuk Allah SWT.
Adapun balasan untuk orang yang ikhlas sesuai dengan ketentuan-Nya, yang terbaik menurut-Nya dan sudah tentu telah diberikan keridaan dan keberkahan di dalamnya.
Berbeda dengan orang yang melakukan suatu perbuatan baik dengan tidak ikhlas, orang yang ikhlas akan mudah berputus asa dan kecewa apabila harapan dan permohonannya tidak dikabulkan sesuai dengan keinginannya. Ciri orang yang tidak ikhlas adalah ia akan meninggalkan perbuatan baiknya dan berujung kepada kekafiran, karena sikap su’udzan terhadap takdir yang telah Allah berikan kepadanya.
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa, “Ikhlas itu adalah ketika engkau menjadikan segala amalanmu hanya untuk Allah SWT dan hati engkau tidak merasa senang dengan pujian manusia dan engkau juga tidak peduli dengan celaan mereka.”
Dari ucapan Iman Al-Ghozali di atas kita memperoleh pelajaran bahwa, orang yang ikhlas melakukan amal kebaikan, ia akan jauh dari rasa kecewa di dalam dirinya dan tidak mengharap balasan apapun atau merasa bahagia ketika memperoleh pujian dan merasa marah apabila mendapat celaan.
Bagi orang yang ikhlas dalam beramal, mau dicela atau dipuji ia akan tetap istikamah melakukan kebaikannya, karena di dalam hatinya telah tertanam niat yang tulus hanya untuk Allah ta’ala. Jadi, ia akan tetap istikamah beramal dengan sebaik-baiknya, tanpa peduli dengan pujian atau celaan yang datang silih berganti.
Dalam sebuah kajian yang penulis dapatkan dari kelas online, penulis mendapatkan perkataan yang sangat bagus yang diucapkan oleh seorang Ust. Idris Haji Ahmad. Beliau menyatakan bahwa, “Ada 3 jenis hati. Pertama, hati yang bersih ia hanya ikhlas kepada Allah. Kedua, hati yang mati yakni hati yang tidak ada kehidupan dalamnya. Ketiga, hati yang hidup tetapi cacat, ia sering berlawan antara berbuat baik dan jahat”.
BACA JUGA: Seperti Apakah Ikhlas Itu?
Beliau menjelaskan bahwa, orang yang ikhlas itu adalah orang yang memiliki hati yang bersih. Hati yang bersih adalah hati yang selalu mengerjakan suatu amal salih karena Allah ta’ala, dilakukan secara berkelanjutan, tidak terpusat pada satu hajat, menerima apapun hasil yang telah ditakdirkan kepadanya dan meyakini dengan sepenuh hati, bahwa itu merupakan hal yang terbaik untuknya.
https://www.youtube.com/watch?v=vZIMqQpqVgM
Terakhir penulis ingin memberikan quote yang mudah-mudahan bisa memberikan motivasi dan menambahkan rasa keikhlasan dalam setiap perbuatan amal salih yang kita lakukan kepada Allah SWT sehingga kita bisa menjadi orang yang ikhlas senantiasa.
“Jadilah orang yang paling ikhlas, bukan yang paling baik. Sebab dalam kebaikan belum tentu ada keikhlasan. Tapi orang yang ikhlas, insya Allah ada baiknya.”
Motto orang yang ikhlas: “Dipuji tidak meninggi, dicela tidak terhina, beramal baik jadi hal utama.” []
AYAT TENTANG KEIKHLASAN
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ * وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ * قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ * قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي
Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama. (11) Dan aku diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.” (12) Katakanlah, “Sesungguhnya aku takut akan azab yang akan ditimpakan pada hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.” (13) Katakanlah, “Hanya kepada Allah aku menyembah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agamaku.” (QS Az-Zumar: 11-14)