SUMBER pengetahuan tentang jin adalah Al-Quran dan hadis. Dengan demikian, pengetahuan kita tentang mereka itu dapat diterima karena bersumber kepada sumber yang sangat valid dan akurat.
Al-Quran dan hadis menggolongkan jin ke dalam al-ghaibiyyat atau hal-hal gaib, yaitu hal-hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata kepala. Orang-orang yang bertakwa percaya dan yakin dengan al-Ghaibiyyat (QS. Al-Baqarah: 2-3).
Adanya jin—jugasetan dan iblis termasuk ke dalam hal-hal yang diketahui umum dari urusan agama (minal ma’lum minad din bidh dharurah). Orang yang tidak percaya adanya jin, setan dan iblis itu akan tergolong menjadi orang kafir, karena tidak percaya dengan Al-Quran dan hadis yang telah menceritakannya.
BACA JUGA: Perbedaan Jin Kafir dan Jin Muslim
Di dalam al-Quran ada sebuah surah yang disebut surah al-Jinn yang berisi tentang perihal jin, keberadaannya, alamnya yang khusus, cara hidupnya, akidahnya dan macam-macamnya.
Dari segi etimologi, jin berasal dari kata “janna-yajunnu” yang artinya menutupi, menyembunyikan, menjadi gelap, atau merahasiakan. Jin berarti yang tersembunyi, terhalang dan tertutup.
Disebut jin, karena makhluk ini terhalang dari pandangan (tidak dapat dilihat). Bayi yang masih berada di dalam perut ibu, disebut janin (satu akar kata dengan jinn), karena tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Orang gila dalam bahasa Arab yakni majnun (dari kata jann juga) yang berarti tertutup atau terhalang akal sehatnya.
Dari segi terminologi, jin adalah salah satu jenis makhluk Allah yang memiliki sifat fisik berbeda dengan manusia. Allah menciptakan jin dari api (QS. Ar-Rahman: 14-15). Dalam hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin-jin diciptakan dari nyala api tanpa asap, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.”(HR. Muslim).
BACA JUGA: 6 Ciri Orang yang Mengalami Gangguan Jin dalam Tubuhnya
Jadi, kesimpulannya jin adalah sebutan untuk makhluk yang tidak kelihatan dan tercipta dari api. Orang beriman dan bertakwa kepada Allah mesti mempercayai keberadaan mereka. Meski begitu, manusia tidak bisa melihat jin, kecuali para Nabi dan Rasul atau orang-orang yang Allah kehendaki. Hal ini sebagaimana dalam QS. Saba’ ayat 12-13 yang menyebutkan bahwa Nabi Sulaiman pernah memperkerjakan jin. []
SUMBER: MUHAMMADIYAH