ABU Hanifah RA. memiliki seorang murid bernama Abu Yusuf yang sedang sakit keras. Terakhir kali ia menjenguk, ia melihat keadaan Abu Yusuf makin parah sakitnya. Sepulangnya dari kediaman muridnya, Abu Hanifah RA. berkata, “Aku pernah berharap agar ia menjadi imam bagi kaum muslimin setelahku. Jika orang-orang sampai kehilangan orang itu, sungguh banyak ilmu menjadi mati!”
Atas izin Allah SWT, Abu Yusuf dikaruniai kesembuhan dan lepas dari penyakitnya. la pun mendengar perkataan guru tentang dirinya. Akhirnya, semangatnya bertambah untuk mengajarkan ilmu hingga perhatian orang-orang pun tertuju kepadanya.
Lalu, ia mengadakan majelis sendiri untuk membahas Fiqih. Namun, sangat disayangkan karena kini ia jarang menghadiri majelis pengajian gurunya, Abu Hanifah RA.
BACA JUGA: Belajar Taqwa dari Ummi Nurdjani Djaja
Berita bahwa muridnya yang dulu sakit telah sembuh dan kini menyelenggarakan majelis pengajian sendiri terdengar oleh Abu Hanifah RA. la menyayangkan keangkuhan muridnya yang merasa telah cukup ilmunya sehingga tidak mau belajar lebih dalam lagi.
la pun mengutus seorang lelaki untuk menyadarkannya. la meminta tolong kepada lelaki tersebut agar menghadiri majelis muridnya untuk menanyakan pendapatnya tentang kisah seseorang yang membawa kain untuk dicelup dan diberikan kepada tukang celup dengan biaya satu dirham.
Lalu, setelah beberapa hari ia datang kembali untuk mengambil kainnya, tetapi tukang celup itu mengingkari bahwa ia telah mendapat kain untuk dicelupnya seraya berkata, “Tidak ada satu potong kain pun milikmu yang ada padaku.”
Pemilik kain pun merasa ditipu. Kemudian di lain waktu ia mencoba datang lagi untuk meminta kembali kainnya. Ternyata kali ini tukang celup itu mau mengembalikan kainnya yang telah dicelup.
Kemudian Abu Hanifah RA. berpesan kepada lelaki itu, “Nah, tanyakanlah kepadanya, apakah tukang celup itu harus dibayar? Jika Abu Yusuf menjawab harus dibayar, katakan kepadanya, ‘Kamu salah!’ Jika ia menjawab tidak harus dibayar, katakan juga kepadanya ‘Kamu salah!'”
Singkat cerita, lelaki itu mendatangi majelis Abu Yusuf RA. dan bertanya tentang masalah yang diceritakan oleh Abu Hanifah RA. kepadanya. Kemudian Abu Yusuf RA. menjawab, “Tentu saja ia harus dibayar!”
Lelaki itu berkata sesuai pesan Abu Hanifah RA., “Kamu salah!”
Abu Yusuf RA. terkejut dan segera meralat jawaban-nya, “la tidak harus dibayar!”
Lelaki itu kembali menjawab, “Kamu salah!”
Karena bingung, Abu Yusuf RA. segera mendatangi gurunya untuk menanyakan perihal tersebut. Seakan tahu tujuan kedatangan muridnya tersebut, Abu Hanifah RA. lantas menasihati, “Engkau datang ke sini hanya untuk menanyakan masalah tukang celup? Bagaimana mungkin orang yang duduk memberi fatwa kepada orang-orang dalam satu majelis tentang agama Allah tidak dapat menjawab permasalahan tentang upah jasa?”
BACA JUGA: Belajar dari Kisah Nabi, Jadikan Rumah sebagai Masjid di Ramadhan Ini
Abu Yusuf RA. langsung menyadari bahwa ilmunya masih sangat kurang untuk menjawab persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, ia meminta gurunya mengajarinya.
Abu Hanifah RA. menjawab, “Tukang celup tersebut tidak harus dibayar jika ia mencelup pakaian setelah ia berusaha menggelapkannya karena ia mencelup pakaian untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, jika ia mencelup pakaian sebelum ia menggelapkannya, upahnya harus dibayar karena ia melakukan pencelupan untuk pemiliknya.”
Setelah menjelaskan hukum kasus tersebut, Abu Hanifah RA. kembali berkata, “Barangsiapa merasa tidak perlu belajar, hendaklah ia menangisi dirinya sendiri.” []
Sumber: ceritainspirasimuslim