PARA pembesar Quraisy gusar. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang mereka kepung kini lepas dari jangkauan mereka. Beliau lolos dari persekongkolan pembunuhan. Mereka geram bukan main. Tiap-tiap tempat diawasi dengan ketat. Mereka kirimkan para pencari jejak untuk mengikuti jejak-jejak beliau.
Di langit Makkah, matahari musim panas memancarkan sinarnya. Orang-orang di jazirah Arab lebih senang berada di rumah ketimbang menembus hawa yang terik menyengat. Akan tetapi, para pemimpin Quraisy tak peduli. Di bawah komando Abu Jahal, mereka terus menggasak setiap jejak. Namun gagal. Jangankan Nabi, jejak Abu Bakar yang menemani beliau pun tak terlacak.
BACA JUGA: Sikap Abu Thalib dalam Melindungi Rasulullah
Lolosnya Nabi dari kepungan musuh bermula dari musim haji tahun kesebelas sejak turunnya wahyu. Sekelompok orang dari Yatsrib datang menemui Rasulullah di Mina dekat Aqabah. Mereka membenarkan beliau. Mereka agaknya tahu bahwa inilah sosok Nabi yang ditunggu-tunggu seperti gambaran para pemuka Yahudi di Yatsrib. Itulah Baiat Aqabah Pertama.
Berita itu kemudian mereka bawa pulang dan disampaikan kepada penduduk Yatsrib. Mush’ab ibn Umair lantas ditunjuk untuk mengajarkan dan mendakwahkan Islam di sana dan berhasil. Tahun berikutnya mereka kembali naik haji dengan jumlah orang cukup banyak. Dalam pertemuan itu mereka mengajak beliau untuk pindah dan bersedia membantu berdakwah. Terjadilah Baiat Aqabah Kedua.
Pada detik-detik terakhir pertemuan itu terdengarlah teriakan dari salah seorang musyrik Makkah, “Saudara-saudara! Tahukah kalian apa yang sedang dilakukan Muhammad bersama sejumlah orang? Mereka telah berkumpul untuk memerangi kalian!”
Mendengar hal tersebut, penduduk Yatsrib tersinggung. Kata mereka, “Demi Allah, Zat yang mengutusmu dengan benar wahai Rasulullah, jika kau mau, besok akan kami ayunkan pedang ke leher mereka yang berada di Mina ini!”
Nabi dengan tenang lalu menjawab, “Kita tak diperintahkan begini. Kembalilah kalian!”
BACA JUGA: Lecetnya Kaki Rasulullah
Nabi tak ingin periode awal dakwah ini diwarnai tindak kasar kepada siapa pun. Saat itu belumlah tiba waktunya untuk mengangkat senjata. Inilah tahun-tahun yang terasa lamban dan penuh resah. Tahun-tahun ketika mereka bersabar menghadapi berbagai tipu daya elit Quraisy.
Akan tetapi semua itu berubah tatkala perintah Nabi untuk hijrah berkumandang.
***
Lama sudah orang-orang di tanah Yatstrib menunggu. Matahari kala itu betul-betul terik. Karena letih menunggu, orang-orang banyak yang kembali ke rumahnya. Namun tiba-tiba, seorang Yahudi berteriak dari loteng rumahnya. “Bani Qailah! Bani Qailah! Itu kakekmu datang!”
Sontak semua orang-orang berhamburan keluar dan berteriak-teriak, “Rasulullah datang! Rasulullah datang!”
Para tetua di Yatsrib berkata, “Belum pernah Yatsrib mengalami peristiwa seperti hari ini. Belum pernah terjadi momentum sedahsyat ini. Semua hati bergembira. Seluruh wajah berbinar cerah. Sungguh sebuah perjumpaan yang menggentarkan dan mengharukan.”
Rombongan Nabi bergerak dari kejauhan. Ada sekitar tujuh puluh orang yang ada di situ. Semua menaiki tunggangan, membawa bendera. Mereka berhenti di luar Yatsrib, berteduh di bawah pohon kurma. Di situ telah menunggu kerumunan orang banyak. Tapi yang mana Rasulullah?
BACA JUGA: Kesetiaan Rasulullah kepada Khadijah
Ada dua orang pria yang berteduh di bawah sebatang pohon kurma.
“Di antara dua pria itu yang mana Rasulullah?”
“Tidak tahu.”
Tak perlu menunggu lama untuk mendapatkan jawabannya. Seorang dari pria itu bangkit lalu melindungi temannya dari terik matahari dengan menggunakan selendangnya. Tahulah kami orang yang duduk itu Rasulullah.
Beberapa orang Yatstrib datang mendekat memberikan salam kepada Rasulullah, “Selamat datang Rasulullah, salam sejahtera untukmu.” []
Sumber: Ketika Nabi di Kota/Perang Muhammad /Dr. Nizar Abazhah