TUNISIA–Organisasi wanita Tunisia meluncurkan sebuah aplikasi yang dapat membantu melindungi wanita dari pelecehan seksual. Penggunaan aplikasi ini meningkat beramaan dengan ramainya tagar Metoo yakni gerakan memerangi kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan yang sedang bergaung di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara.
lembaga riset dan pelatihan The Center for Arab Women (CEWTAR) mengatakan, aplikasi tersebut bertujuan memberikan rasa aman dan melindungi perempuan dari kekerasan, pencurian dan pelecehan di ruang publik.
Dilansir dari Alaraby, Sabtu (5/12/2020), aplikasi bernama SafeNess itu memungkinkan seorang wanita dapat memilih hingga lima orang terpercaya yang bisa mengikuti perjalanannya hingga tiba di tempat tujuan dengan selamat.
Aplikasi ini menggunakan fungsi SOS, bila ditekan maka aplikasi akan memberi tanda teman terpercaya atau anggota keluarga dari pengguna aplikasi. Mereka dapat berbicara langsung dengan pengguna atau bahkan bisa langsung menelepon polisi jika perlu.
Saat ini aplikasi SafeNess diunduh warga Tunisia melalui Apple atau Google Play Store.
Gerakan melawan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap wanita memang telah lama digaungkan. Di Mesir, Aktivis dan organisasi hak-hak perempuan telah lama bersuara menentang kekerasan seksual, pelecehan dan kekerasan berbasis gender.
Perjuangan melawan pelecehan dan kekerasan seksual muncul lagi pertengahan tahun ini setelah seorang siswi berusia 22 tahun yakni Nadeen Ashraf dalam akun media sosialnya mengungkapkan bahwa dirinya mendapat pelecehan seksual dan penyerangan oleh seorang siswa bernama Ahmed Bassem Zaki.
Akun tersebut kemudian mengungkap apa yang disebut Kejahatan Fairmont yaitu dugaan pemerkosaan berkelompok yang terjadi di Fairmont Nile City Hotel di Kairo pada tahun 2014.
BACA JUGA:Â 5 Aplikasi Jodoh Ini Dirancang Khusus Buat Muslim
Kematian Mariam Mohamed Oktober 2020 lalu juga menyoroti isu pelecehan seksual yang marak. Mohamed sedang berjalan pulang ketika tiga pria dengan mikrolet meraih tas tangannya dalam upaya perampokan, para pelaku telah melecehkannya secara seksual atau verbal.
Serangan itu menyebabkan dia kehilangan keseimbangan dan terseret di bawah mobil yang bergerak. Kejadian itu akhirnya menyebabkan dia membentur mobil yang diparkir dan melukai dirinya.
Sementara di Maroko, warga punya gerakan sendiri dengan istilah Masaktach artinya saya tidak akan diam. Gerakan ini dipimpin oleh wanita Maroko, kelompok tersebut meluncurkan seruan untuk kesaksian korban pada Februari tahun ini.
“Mengecam para penyerang yang bertindak dengan impunitas, terhibur oleh kebisuan Anda.”
Kesaksian gerakan tersebut diunggah secara publik di halaman Facebook dan Twitter mereka, menggunakan inisial korban untuk menjaga anonimitas mereka. []
SUMBER: ALARABY