OXFORD—Penghargaan Fredoom of Oxford yang diterima pemimpin de facto Myanmar, secara resmi telah dicabut melalui suara bulat di Dewan Kota Oxford.
“Oxford memiliki tradisi panjang menjadi kota yang beragam dan manusiawi, dan kini reputasi kita telah ternoda dengan adanya penghormatan terhadap orang-orang yang menutup mata terhadap kekerasan. Kami berharap hari ini kami telah menyuarakan suara kecil kami kepada orang lain untuk menyerukan hak asasi manusia dan keadilan bagi orang-orang Rohingya,” ujar Kanselir Oxford, Mary Clarkson, seperti dikutip dari BBC, Senin (27/11/2017).
Pencabutan penghargaan tersebut merupakan reaksi Oxford atas persekusi yang dilakukan rezim Myanmar terhadap Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar. Dewan Kota menegaskan pihaknya tidak ingin memberikan penghargaan bagi siapapun yang menutup mata terhadap kekerasan.
Pemungutan suara dilakukan pada hari yang sama saat Paus Francis mengunjungi Myanmar untuk meninjau langsung kondisi Rohingya.
Dalam kunjungan itu, pemimpin tertinggi militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, mengklaim kepada Paus bahwa tidak ada diskriminasi agama di Myanmar.
Sekitar 2 ribu hingga 3 ribu Muslim Rohingya menurut Dewan Rohingya Eropa tewas akibat operasi militer yang dilakukan rezim Myanmar. Sementara itu lebih dari 600 ribu Muslim Rohingya telah terusir dari Negara Bagian Rakhine di barat Myanmar ke negara tetangga Bangladesh. Operasi tersebut digambarkan PBB sebagai pembersihan etnis.
Untuk diketahui, pada 2012 lalu, Suu Kyi mendapatkan gelar doktor kehormatan dari Oxford. Ia juga mengadakan pesta ulang tahun ke-67 di kampus St Hugh, tempat dia belajar politik, filsafat, dan ekonomi antara 1964 dan 1967.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, Suu Kyi telah menjadi bahan kritik terkait krisis kemanusiaan Rohingya. Pada September lalu, St Hugh memutuskan untuk mencopot lukisannya dari pintu masuk utama, beberapa hari sebelum dimulainya tahun ajaran baru dan kedatangan siswa baru.
Sejauh ini, Oxford telah memutuskan untuk tidak mempertimbangkan kembali pemberian gelar kehormatan untuk Suu Kyi. Universitas tersebut juga telah menyatakan keprihatinan mendalam atas nasib minoritas Rohingya di Myanmar.
Pada awal November, musisi Bob Geldof mengembalikan penghargaan Freedom of Dublin untuk memprotes krisis Rohingya. Penghargaan ini juga dipegang oleh Suu Kyi. []