KETINGGIAN akhlak dan kelemahlembutan Rasulullah begitu jelas dan nampak. Meskipun dahulu beliau dan sahabatnyakenyang dengan penderitaan akibat gangguan, hinaan, bahkan ancaman pembunuhan akibat kaum Quraisy –hingga beliau harus hijrah ke Madinah- namun tidak ada dendam kesumat atau arogansi dalam penaklukan mereka saat Fatuh Makkah, Negeri yang sangat beliau cintai itu.
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya engkau (Makkah) adalah bumi Allah yang paling baik dan bumi Allah yang paling diciintai-Nya. Sekiranya aku tidak diusir darimu, niscaya aku tidak akan keluar,” (Dishahihkan oleh Syaikh Al-bani dalam al-Misykaah no.2725).
BACA JUGA:
Ini Doa Nabi Musa ketika di Perjalanan
Benarkah Nabi Adam Diturunkan di India?
Berikut ini adalah cuplikan dari kisah Fatuh Makkah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki kota Makkah, beliau mengutus az-Zubair bin al-awwam, Abu ‘Ubadah bin al-Jarrah dan Khalid bin al-Walid di atas kuda. Dan beliau bersabda,
“Wahai Abu Hurairah, berteriaklah kepada kaum An-Shar (panggilah mereka).”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tempuhlah jalan ini. Jangan ada seorang pun yang melihat kalian kecuali kalian buhun orang itu.”
Maka seseorang berseru, “Tidak ada (musyrik) Quraisy setelah hari ini.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa masuk rumah maka ia aman. Barangsiapa meletakkan senjata maka ia aman.”
Dan Rasulullah bermaksud untuk menemui para tokoh pemimpin Quraisy. Lalu mereka memasuki Ka’bah sehingga Ka’bah penuh sesak dengan mereka. Nabi Saw thawaf dan shalat di belakang maqam Nabi Ibrahim. Kemudian Rasulullah Saw memegang dua tepi pintu Ka’bah, maka mereka (para tokoh pemimpin Quraisy) keluar dan membai’at Nabi Saw (yakni masuk Islam dan berjanji setia kepada Nabi.
Al-Qasim bin Salam bin Miskin menambahkan dari ayahnya dengan sanad ini: Kemudian Nabi mendatangi Ka’bah dan memegang kedua kusen pintunya, lalu beliau bersabda, “Apa yang kalian katakan dan apa yang kalian sangka?”
Mereka berkata, “Engkau anak saudaraku dan engkau anak pamanku yang penyantun dan penyayang.”
Maka Rasulullah SAW bersabda, “Aku mengatakan seperti yang dikatakan oleh Nabi Yusuf: ‘Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni (kalian), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang.”
Perawi berkata: “Maka mereka pun keluar seakan-akan mereka bangkit dari kubur, lalu mereka masuk islam,” (Sunan al-Baihaqi, XIII/440, SUnan an-Nasai al-Kubraa, VI/382).
Sumber: Kisah Haru yang Mengundang Tangis/Abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah/Pustaka Ibnu Umar