Oleh: Andromedanisa
BAGI setiap pendoa, akan selalu menemukan fase untuknya menanti doa-doa yang telah dilangitkan. Entah dalam keadaan lapang, senang, himpit, kesusahan, kegundahan, kegalauan, kebahagiaan, dan berbagai macam rasa.
Akan selalu juga merasakan ketidakyakinan dalam masa penantian terkabulnya sebuah doa. Dalam hal ini, akan banyak sekali alasan yang meminta seorang pendoa berhenti melangitkan doanya. Akan ada banyak pula yang mencari seribu satu alasan agar seorang pendoa berhenti pada apa yang diyakininya.
Masa ini sungguh masa yang menyakitkan. Bagaimana tidak? Kita yang sedari awal meminta dengan keadaan sungguh-sungguh, penuh dengan pengharapan, penuh dengan keyakinan. Tetiba saja orang-orang disekitar kita, meminta kita untuk berhenti percaya. Meminta kita untuk berhenti berupaya, dan meminta kita untuk berhenti berdoa.
Akan ada masa pula, kita mulai goyah. Dengan apa-apa yang kita mintakan, dengan apa-apa yang kita yakini, dengan apa-apa yang kita upayakan.
Kita terhenti, berpikir beribu-ribu kali untuk menyerah, berpikir beribu-ribu kali untuk tetap percaya. Sebab menyesakkan memang, jika bahka orang-orang terdekat kitalah yang meminta kita untuk berhenti menjadi pendoa yang setia.
Maka, kitapun akan sampai jua pada keyakinan untuk tetap percaya dan melanjutkan kembali. Keyakinan kita pada-Nya yang membuat kita tetap percaya bahwasanya Ia akan mengabulkan dengan cara yang tidak akan kita sangka-sangka sebelumnya. Ia menguatkan kita, perasaan kita dikuatkan-Nya berkali-kali.
Kita menangis, perasaan kita luruh, mengharu biru. Betapa tidak, dikala seluruh manusia meminta kita untuk berhenti percaya, dan meminta kita untuk berhenti menjadi pendoa. Keyakinan kita akan hal itu tidak hilang, keyakinan kita tak dibiarkanNya hilang dan lekang.
Allah Maha Baik, baik sekali. Setiap lirihan doa yang dilangitkan. Akan selalu ada kebaikan untuk kita. Entah dikabulkan seketika itu, diganti dengan yang lebih baik, atau ditunda nantinya.
Demikianlah, pada apa-apa yang dilirihkan. Ia Maha Mendengar segala pinta yang dipintakan.
Kelak setiap fase penantian kita, tidak akan ada lagi kepahitan yang kita rasa. Jika semuanya kita kembalikan pada Dzat yang sedikitpun tak pernah menghianati titipan.
Allah Maha Baik, demikianlah adanya. []