NEW YORK—Pada rapat terbuka Dewan keamanan perserikatan Bangsa-bangsa, banyak pihak suarakan kecaman kepada militer myanmar atas dugaan Genosida atau pembersihan etnis.
Kekerasan terhadap minoritas Muslim Rohingya di Myanmar tampak seperti penghapusan etnis, kata utusan AS di PBB pada Kamis (28/09/2017) kemarin.
“Kita tidak boleh takut memanggil pihak berwenang Myanmar seperti adanya: kampanye brutal untuk menghapus sebuah minoritas etnis,” kata Nikki Haley.
Haley mengatakan pemerintah myanmar harus membuka akses bagi media dan bantuan kemanusiaan di Rakhine.
Haley juga mendorong semua negara berhenti menjual senjata ke Myanmar dan agar anggota militer yang terlibat pembunuhan segera dihukum.
Lebih dari 500.000 Rohingya kabur ke Bangladesh sejak Agustus, kata Seketaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Kamis.
Tindakan kekerasan di Rakhine menewaskan warga setempat, massa juga dilaporkan menjarah dan membakar rumah-rumah mereka.
Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali mengatakan sekitar 3.000 Rohingya tewas dalam kekerasan tersebut.
Pemerintah Bangladesh baru-baru ini juga memprotes penggunaan ranjau darat oleh pasukan keamanan Myanmar di daerah perbatasan, setelah sebuah ledakan menewaskan tiga warga desa Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di daerah Maungdaw.
Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi yang dilakukan oleh militer dan kelompok Buddha. Mereka disebut-sebut telah membunuh pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya.
Turki saat ini telah berada di garis terdepan untuk memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga telah mengangkat masalah ini di muka negara-negara PBB demikian seperti dilansir dari AnadoluAgency.[]