SELURUH isi di alam semesta ini tercipta secara berpasang-pasangan. Begitu pun dengan hukum yang Allah buat. Allah akan memberikan pahala bagi mereka yang berbuat kebaikan dan memberikan dosa kepada mereka yang melakukan tindak kejahatan. Selain itu, bagi orang yang melakukan kebaikan, Allah memberikan ganjaran padanya. Akan tetapi, bagi orang yang melakukan kejahatan, Allah memberikan hukuman padanya. Lalu, untuk apa ada pahala dan dosa, dan untuk apa ada ganjaran dan hukuman tersebut?
Ada yang berpendapat bahwa Allah SWT menghendaki agar orang-orang melakukan perbuatan dosa supaya bisa dihukum. Hal itu tidaklah benar. Allah sama sekali tidak bermaksud memberi ganjaran berupa hukuman.
Misalkan suatu negara memberlakukan Hukum Pidana dan Perdata. Adanya undang-undang itu justru untuk mencegah manusia agar tidak melakukan pelanggaran dan kejahatan.
Jika pertanyaanya berlanjut lagi, “Apakah dicantumkannya sanksi bertujuan untuk bisa menghukum manusia dengan sebanyak-banyaknya?” Maka jawabannya ialah tidak! Bukankah di dalam keluarga, orang tua mengadakan sanksi hukuman kepada anak-anak yang dicintai dan disayangi? Apakah sanksi orang tua kepada anak bertujuan agar sang ayah atau ibu bisa menghukum anak?
Allah SWT Pencipta dan Pengusaha seluruh isi alam menetapkan pahala dan ganjaran surga bagi orang yang berjalan di garis-Nya dan serta hukuman neraka kepada orang yang jahat dan melanggar ketentuan-Nya. Jadi, sanksi hukuman bertujuan mencegah orang untuk tidak berbuat jahat dan membuat jera mereka yang melakukan kejahatan agar tidak mengulangi.
Manusia diperintahkan untuk memilih oleh Allah. Selama ia masih bisa memilih yang baik dan buruk, selama itu pula ganjaran dan hukuman diperlukan. Ia dibebaskan memilih dan ia menanggung sendiri risiko pilihannya. Kalau Allah tidak memberi kebebasan, tentu saja manusia tidak patut dituntut hukuman dan diberi ganjaran.
Contoh kebebasan misalnya, seorang siswa di sekolah, sewaktu guru menerangkan, ia mendengarkan atau tidak, memahami atau tidak, apakah ia mengulangi pelajaran yang diterima, pada akhir tahun peljaran diuji, naik kelas atau gagal. Ia menanggung risiko dari pilihannya.
Kalau ada orang bertanya, untuk apa ada pahala dan dosa, untuk apa ada ganjaran dan hukuman, itu pertanyaan yang keliru. Yang benar ialah pertanyaan justru sebaliknya, “Mengapa tidak ada pahala dan dosa, tidak ada ganjaran dan hukuman? Mengapa disamaratakan orang yang berbuat baik dan jahat? Apakah sama di hadapan Allah, pembunuh , perampok, pemabuk dengan orang yang suka menolong, bermanfaat buat masyarakat dan terhormat?” []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani