MEREKA yang menjalin hubungan khusus sebelum terikat pada ikatan pernikahan, biasanya akan merasa bahwa mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Terlebih mengenal kelebihan yang dimiliki oleh pasangannya. Ketika ditanya, “Kenapa kamu ingin menikah dengannya?” Jawabannya adalah, “Karena dia punya banyak kelebihan yang aku inginkan. Dia romantis, perhatian, dan loyal” Lalu Anda tak menyadari, ada yang banyak terlewat dari Anda ketika Anda melalui proses ini.
BACA JUGA: Ikhlas dalam Pernikahan
Tahukah Anda, bahwa sebelum menikah, semua orang juga akan berlomba-lomba menunjukan kelebihan yang ia miliki. Mungkin kelebihan itu memang menjadi kelebihannya, namun bisa saja kelebihan itu disetting hanya untuk mencuri perhatian dari Anda. Yang jelas, Anda tidak akan benar-benar mengenal sosoknya, sebelum Anda terikat pada ikatan yang sah dengannya.
Dan setelah menikah, Anda seakan merasa ‘tertipu’ dikarenakan Anda telah semakin mengenalnya luar dan dalam. Anda merasa ia tidak seperti apa yang ia tampilkan pada Anda, Anda merasa ia berbeda tidak seperti dulu saat ia meminta Anda menjadi pasangannya, Anda terjebak pada sejuta harapan Anda yang tak kunjung terwujud olehnya.
Anda mengelu-elukan kelebihan dalam dirinya, hingga terlupa bahwa ia memiliki kekurangan layaknya manusia biasa. Namun Anda mengabaikan hal itu, karena fokus dan tujuan Anda hanya satu, yaitu agar ia bisa memenuhi segala harapan Anda terhadapnya. Tapi, sekuat-kuatnya ia berusaha membahagiakan Anda, Anda akan tetap merasa kurang karena Anda belum ikhlas menerima segala kekurangan dirinya.
Untuk merawat cinta yang Anda miliki, Anda tidak bisa selalu melambungkan khayalan dan segala angan yang ingin Anda ciptakan kepadanya, karena angan itu bisa saja perlahan jatuh berguguran karena tidak sepadan dengan segala harapan. Pernikahan bukanlah khayalan, ia adalah realita berjuang yang sesungguhnya.
BACA JUGA: Awal Pernikahan yang Tidak Sesuai Tuntutan Islam
Maka, pahamilah esensi pernikahan secara utuh. Jangan jadikan pernikahan sebagai sarana untuk sekedar meluapkan hasrat cinta, terlebih cinta yang hanya didasari oleh hawa nafsu diri. Dan jangan jadikan pernikahan sebagai sekedar ajang untuk mengubah status, terlebih ketika pernikahan hanya dianggap sebagai sebuah fase lanjutan hidup. []
SUMBER: NIKAHBUTUHILMU