Oleh: Mustaqim Aziz @mustaqimaziz2
SERING kali kita lupa akan hakikat kita diciptakan. Kita diciptakan bukan semata-mata untuk memperkaya diri, atau meninggikan jabatan, juga bukan untuk mengejar cinta manusia. Allah Ta’ala lah tujuan hidup yang sebenarnya. Kita diperintahkan hanya untuk beribadah kepada-Nya, bukan yang lain.
“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku,” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Tapi, kebanyakan dari kita malah senantiasa melupakan-Nya, lebih mengutamakan dunia dan pernak-pernik yang berada di dalamnya. Waktu yang diberikan oleh-Nya, hanya habis dipakai untuk mengejar dunia, hanya sedikit waktu yang kita punya untuk bermesraan dengan-Nya.
Astagfirullah….
Dunia diibaratkan lautan, semakin kita meminum airnya, maka akan semakin haus lah tenggorokan. Begitulah, ketika dunia yang dikejar, kita tak akan pernah puas untuk terus memburunya.
Kenikmatan dan keindahan yang ditawarkannya, terasa amat menyenangkan. Sehingga, kita lupa dan lalai akan kewajiban kepada Sang Khalik. Tak sedikit dari kita yang lebih memilih terus melakukan pekerjaan dikala adzan sudah berkumandang.
Tak jarang, kita menunda shalat karena lelah yang menjadi alasan. Ya, kita merasa lelah saat dihadapkan dengan kewajiban beribadah kepada-Nya. Namun, kita jarang sekali merasa lelah, ketika kita sedang asik “berlari” mengejar dunia.
Benarlah, seperti syair yang dilantunkan oleh grup nasyid Hijjaz :
Begitu indah dunia
Siapapun kan tergoda
Harta, pangkat, dan wanita
Melemahkan jiwa
Tanpa iman dalam hati
Kita kan di kuasai
Syetan nafsu dalam diri
Musuh yang tersembunyi
Dunia begitu mempesona, menyihir mata, telinga, bahkan hati dan jiwa. Godaan harta, jabatan, juga rasa cinta, dapat menjatuhkan kita ke dalam jurang kebinasaan. Banyak yang mengejar harta, sampai lupa kepada Sang Pencipta. Tak sedikit yang mengejar jabatan, akhirnya masuk dalam perangkap setan. Dan, sudah tak terhitung, berapa jumlahnya orang yang binasa lantaran cinta yang berlebih terhadap manusia.
Pahamilah, dunia yang kita tinggali ini hanyalah tempat sementara. Kita hanya diberikan waktu yang sebentar hidup di dunia ini. Dunia yang kita tempati ini, layaknya tempat bercocok tanam. Kelak, kita sendiri yang akan memanen hasilnya di akhirat. Maka, perbaiki dan perbanyaklah amal kebajikkan. Semoga, kelak di hari akhir, kita termasuk orang yang beruntung.
Dunia ini hanya sementara, manfaatkanlah keberadaan kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai menyesal nantinya. Jangan sampai, gara-gara mengejar dunia, kita justru dijauhi oleh-Nya. Dunia ini hanyalah jembatan, yang kelak mengantarkan kita pada tempat tinggal yang sebenarnya. Sadarilah, kemewahan, kejayaan, dan hal lain yang kita agungkan selama hidup di dunia, kelak tak akan memberikan manfaat di hari pembalasan. Bisa jadi, itu semua justru aka memberatkan amal keburukan kita. Naudzubillah. . ..
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS Al-An’aam ayat 32). []