GAZA— Pakar ekonomi Maher Al-Thabba’ mengatakan, bulan Ramadhan yang sebentar lagi datang akan terasa sulit bagi Gaza. Karena, blokade atas Gaza masih terus berlangsung bahkan semakin parah, ditambah perpecahan internal serta krisis ekonomi yang sedang dirasakan rakyat Gaza.
Dalam wawancaranya dengan PIC Maher menunjukkan bahwa penjajah masih terus melarang masuknya bahan-bahan dasar ke Gaza, terutama bahan bangunan yang merupakan elemen penggerak ekonomi Gaza.
Menurut laporan resmi yang belum lama ini dirilis, jumlah warga Gaza yang sampai saat ini masih terlantar tanpa tempat tinggal akibat agresi militer Zionis musim panas 2014 mencapai lebih dari 6.700 keluarga (sekitar 35.000 warga). Sementara itu, setidaknya ada 6.000 keluarga pengungsi yang membutuhkan bantuan materi mendesak.
Pakar ekonomi itu menambahkan, kini ada satu juta lebih warga Gaza yang tidak memiliki penghasilan harian, dimana angka itu mewakili 60% dari jumlah keseluruhan rakyat Gaza. Selama ini mereka bertahan hidup dari bantuan yang diberikan UNRWA dan LSM lain baik lokal, Arab maupun internasional. Belum lagi angka kemiskinan yang meningkat menjadi 65% dan angka kerawanan pangan yang semakin meningkat.
Permasalahan ekonomi lain di Gaza adalah krisis gaji yang semakin memukul telak kondisi perekonomian dan kehidupan di Gaza. Maher menegaskan, kondisi ini akan membawa ancaman dan bencana bagi seluruh sektor kehidupan di Gaza.
Maher menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan di Gaza menanggung utang kepada bank. Sebab, gaji yang mereka terima setiap bulan hanya 40% dari gaji total yang sudah dipotong 30%. Dengan gaji minim ini warga Gaza sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Maher memprediksi, bulan Ramadhan nanti pasar-pasar Gaza akan mengalami kerugian dan kemerosotan ekonomi dalam setiap aktivitas ekonomi, terutama pada sektor perdagangan yang akan kehilangan daya tawar lantaran melemahnya daya beli warga Gaza. Akibatnya, pasar-pasar Gaza akan sepi dan kehilangan pelanggan.
“Jika kondisi ini terus berlangsung, maka akan mengakibatkan pedagang, importir dan pebisnis mengalami kerugian besar, terutama barang dagangan musiman Ramadhan dan Lebaran. Mereka tentu akan kesulitan menutup kerugian akibat menurunnya daya tawar dagangan mereka. Apalagi kondisi diperparah dengan krisis listrik yang sedang melanda Gaza,” pungkasnya.[]
Sumber: Sahabat Al-aqsha