SEMUA bibir terkatup rapat, setiap gerak tertahan segan, dan roda kehidupan seolah henti berputar. Hanya sinar matahari lembut menyapa, angin meliuk, dan daun melambai.
Hening.
Para pedagang henti berjualan, para pegawai rehat sejenak, dan rakyat bejibun menyaksikan pemandangan mengerikan.
BACA JUGA: Valentine Day Ancaman Generasi
Ratusan pasang mata tertuju pada satu titik, diam, beku, dan membisu. Lapang alun-alun Kota Treni Romawi yang biasanya gegap gempita itu, kini menjadi sunyi dan menakutkan.
Sebuah kapak jagal mengkilap diterpa cakaya, berkilau, tajam, ngeri, dan terangkat di atas kepala.
“Satu.. Dua.. Tiigaaa…”
Set, bet, Crassy…
Cairan merah segar memancar. Sebuah kepala menggelinding dengan mata terbelalak.
Sang algojo menarik napas panjang. Para lelaki merinding hatinya, para wanita menelungkupkan telapak tangan ke wajahnya, dan anak-anak menangis melihat kengerian itu.
Kita-kira begitulah cerita pemenggalan kepala St. Valentinus. Kisah tragis yang terjadi sekitar tahun 273 Masehi di Treni, sebuah tempat kira-kira 60 mil dari Roma. Peristiwa dihukum matinya seorang bishop oleh Raja Cladius.
Konon katanya, peristiwa ini terjadi gara-gara ia memasukan seorang keluarga Romawi ke dalam agama Nasrani. Bener gak, sih?
Entahlah, karena ada begitu banyak versi terkait asal muasal peringatan Valentine Day ini. Yang jelas memang tidak ada riwayat yang dapat dipercaya secara mutlak dalam sejarahnya.
Pada saat kematian St. Valentinus masih hangat-hangatnya, peristiwa ini diagungkan sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup. Peristiwanya dikenang dan diperingati setahun sekali melalui upacara keagamaan.
Seiring perkembangan zaman, dengan agak tulalit dan rada-rada gak nyambung, ritual ini berubah menjadi hari pacaran sedunia. Acaranya dikemas dengan nama hari kasih sayang. Disambut meriah oleh banyak kaum muda setiap tahunnya.
BACA JUGA: Muslim Perlu Tahu, Bagaimana Asal Usul Hari Valentine?
Dijadikan sebagai ajang memadu kasih bagi mereka yang sedang pacaran dengan saling menyatakan cinta, bertukar cinderamata, memberi bunga, coklat dan sebagainya.
Momen ini sering juga digunakan sebagai waktu yang tepat untuk mencari pacar bagi mereka yang masih jomblo. Wah benar-benar gak nyambung!
Ustadz Muhammad Slamet menambahkan, “Pada perayaan Valentine’s Day, sudah marak ungkapan di kalangan kaum muda yang dikenal dengan ‘please take my virgin’.” Astaghfirullâhal ‘adzîm..
Biasanya perbuatan bejat ini dilakukan oleh para remaja di malam menjelang Valentine’s Day. Mereka berkumpul di hotel atau di tempat yang sekiranya nyaman untuk kumpul kebo. Betapa bobroknya moral bangsa ini sehingga seorang wanita rela—begitu saja—menyerahkan kehormatan kepada lelaki yang tidak jelas jujutannya.
Islam sangat memuliakan perempuan. Sejarah mencatat sebuah nama, beliau adalah al-Mu’tashim Billah. Khalifah Daulah Abbassiyah yang memperjalankan ribuan pasukan, dikabarkan pasukan kaum Muslimin saat itu kepalanya sudah sampai ke perbatasan Syam-Romawi sedangkan ekornya belum meninggalkan Baghdad, karena banyaknya pasukan yang diberangkatkan.
Ini adalah bentuk pembelaan kaum Muslimin terhadap seorang wanita yang dilecehkan oleh seorang Yahudi di perbatasan Syam-Romawi. Masyallah.
Betapa besar pengorbanan sang Khalifah untuk membela seorang wanita, ia menperjalankan pasukan yang jumlahnya ribuan untuk membela seorang wanita yang dilecehkan. Ingat, membela seorang wanita. Hanya satu orang!
Bagaimana sekarang dengan benyaknya tindak pelecehan terhadap kaum wanita? Ah, sungguh malu diri kita. Malu sekali. Malulah wahai para pemimpin bangsa!
Mengapa 14 Februari?
Dahulu kala, katanya, orang-orang Romawi mempunyai hari besar yang bernama Lupercalia, biasa diperingati setahun sekali yaitu pada tanggal 15 Februari. Acaranya pesta ini dihadiri oleh laki-laki dan perempuan, mereka berkumpul campur baur, lalu memilih pasangan lewat kado yang dikumpulkan dan sudah diberi tanda sebelumnya.
BACA JUGA: Valentine Hari Kasih Sayang, Mengapa Dilarang dalam Islam?
Lama-kelamaan pihak gereja memindahkan jadwal acara menjadi 14 Februari dan acaranya bukan lagi penghormatan kepada Dewa Juno dan Dewa Pan tetapi menghormati seorang pendeta Kristen dan namanya berubah menjadi Valentine’s Day. Kemudian berubah lagi menjadi acara yang salah kaprah, yakni hari pacaran sedunia.
Dari penggalan sejarah di atas, kita mendapat pelajaran berharga. Terjadinya perubahan waktu dari tanggal 15 menjadi 14 Februari dan tata cara ritual peringatan hari besar Lupercilia menjadi Valentine’s day, tidak lepas dari campur tangan golongan Nasrani. Mereka memanfaatkan peluang dan memenangkan wacana di lapangan. Dan mau tidak mau yang kalah harus ikut kebijakan pihak yang menang. Benarlah ungkapan Ibnu Khaldun berikut ini, “Bangsa yang kalah cenderung mengikuti bangsa yang menang.”
Kaum Muslimin semoga tidak tergiur gemerlap pesta jahiliyah ini, karena kita punya hari yang jauh lebih baik sebagaimana sabda Nabi Saw, “Sesungguhya Allah telah mengganti hari raya dengan dua hari raya yang lebih baik bagi kalian; Idul Fitri dan Idul Adha.” []
Sebagai sarana komunikasi dengan penulis, sila boleh di sini:
fb: Ki Dedeng Juheri
ig: dedengjuheri
twitter: @dedengjuheri