RAMALAH –Palestina pada Ahad (24/12/2017) mengecam rencana Israel untuk membangun 300.000 unit permukiman baru di Yerusalem Timur. Palestina juga berikrar akan mempertimbangkan kajian menyeluruh mengenai proses perdamaian.
Kementerian Urusan Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengatakan bahwa rencana Israel adalah bagian dari proyek kolonial dan perluasan wilayah Israel yang diterapkan oleh pemerintahannya itu didorong tindakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada Ahad (24/12/2017) juga memperingatkan mengenai dampak yang mungkin muncul akibat rencana “Greater Yerusalem” Israel, yang berusaha menghubungkan secara geografis semua permukiman dan memutus semua persinggungan Tepi Barat Sungai Jordan.
Sementara itu, Fatah, dihari yang sama, mengatakan Dewan Sentral Fatah akan mempertimbangkan “kajian menyeluruh mengenai proses perdamaian Palestina-Israel” dalam pertemuan mendatang, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.
Azzam Al-Ahmad, seorang anggota Komite Eksekutif Fatah, mengatakan bahwa dewan pimpinan Palestina akan mengkaji hubungannya dengan Israel, akibat kegagalan Israel untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan hukum internasional. Demian seperti dilansir dari Voice of Palestina. []