RAMALLAH—Palestina mengecam keinginan Presiden Donald Trump untuk menghadiri upacara pembukaan gedung kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem, Mei 2018.
“Trump telah melakukan kesalahan besar selama masa jabatannya terkait Palestina dalam masalah Yerusalem, pengungsi, negara Palestina dan hak-hak rakyat Palestina,” ujar Penasehat Menteri Luar Negeri Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Shaath.
Kesalahan itu membuat As terdiskualifikasi sehingga perannya dalam proses perdamaian Palestina-Israel sejak 1991 seolah telah berakhir. Demikian yang diungkapkan Shaat kepada stasiun radio resmi Palestina Voice of Palestine.
Shaath juga  menegaskan kembali bahwa AS harus bertindak sesuai dengan kerangka multilateral internasional yang berkomitmen terhadap Piagam PBB dan hukum internasional.
“Jika tidak, tidak akan ada peran nyata bagi Amerika Serikat dalam proses perdamaian mendatang,” tegasnya.
Shaath mengatakan perubahan keseimbangan kekuatan dunia telah menyebabkan berakhirnya peran AS, karena Washington bukan lagi penguasa dunia dan bahwa ada kekuatan Eropa, Rusia, Cina, India dan Brasil yang membentuk kerangka multilateral kerangka.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa ia “boleh pergi” ke kedutaan AS di Yerusalem yang dijadwalkan dibuka pada 14 Mei, menandai peringatan ulang tahun kemerdekaan Israel yang ke-70.
Palestina sendiri telah menunjuk tanggal 15 Mei, sehari setelah kemerdekaan Israel, sebagai Hari Nakba atau Hari Malapetaka. []
SUMBER: XINHUA