KARENA perhatian raja yang besar terhadap Palestina, ia pun mendirikan berbagai gereja di sana termasuk di Bethlehem dan Jerusalem. Di tengah kondisi kejayaan Nasrani ini komunitas Yahudi hidup dalam bencana, mereka di-‘obral’ dengan harga yang sangat murah untuk diadu-dombakan sebagai tontonan menarik bangsa Romawi.
Beberapa kali Yahudi lakukan pemberontakan termasuk yang dipimpin oleh Simon di tahun 132-135 M yang berhasil menduduki Jerusalem. Herdyan Romawi pun mengutus tentara besar dengan pimpinan Julius Saferius dan berhasil duduki Jerusalem. Yahudi dibunuh dengan sangat kejam dan diusir dari sini sehingga Palestina steril dari Yahudi. Kota Jerusalem dihancurkan sehingga tidak tersisa apapun dari peninggalan Yahudi.
Yahudi dilarang memasuki Jerusalem dan tinggal di sana bahkan orang Nasrani dari keturunan Yahudi pun tidak diperkenankan masuk. Mereka terdiaspora ke banyak negeri. Dan pelarangan di atas ini terus berlangsung hingga rentang waktu 200 tahun. Kemudian pada abad-abad berikutnya sangat jarang sekali Yahudi ingin masuk kota ini hingga abad ke 19.
Palestina, Aqsha dan Islam
Palestina walau tidak sempat dibebaskan oleh Rasulullah, tetapi umat Islam tetap konsen dengan upaya Islamisasinya. Proses ini dilakukan setelah wafat Rasulullah, tepatnya di era Amru bin al-‘Ash. Tidak ada wilayah yang tersisa kecuali Qaisariyyah dan Baitul Maqdis yang akhirnya dibebaskan pada Mei 637 M. Proses masuknya Amir al-Mukminin Umar bin al-Khattab ke kota Jerusalem dengan menunggang onta secara bergantian dengan pengawalnya sangat populer. Penerimaan kota ini dihadiri oleh 4 ribu sahabat dan ia merupakan kota yang kuncinya diterima langsung oleh seorang Amir al-Mukminin.
Pembebasan kota ini dilanjutkan dengan peristiwa Perjanjian Umar pada tahun 15 H dengan penduduk Elia di mana jiwa dan harta benda mereka diberikan jaminan keamanan dan keselamatan. Kejadian ini membuat proses Islamisasi penduduk Palestina menjadi lebih cepat dan Islam menjadi penduduk mayoritas Palestina.
Tidak saja Islam berkuasa di Palestina sepanjang 12 abad (636-1099 M, 1187-1917 M)—yang merupakan penguasa paling panjang dalam sejarah negeri ini—namun Palestina menjadi negeri yang punya tempat khusus di tengah umat Islam.
Pertama, merupakan situs masjid al-Aqsha yang merupakan qiblat pertama umat Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam.
Kedua, masjid ketiga yang dapat tempat terhormat setelah al-Masjid al-Haram (Mekkah), al-Masjid al-Nabawi (Madinah) dan al-Masjid al-Aqsha (Jerusalem). Shalat di Aqsha sama dengan 500 kali shalat di masjid biasa.
Ketiga, Palestina adalah bumi yang diberkahi Allah SWT (lihat surat al-Isra : 1, al-Anbiya : 70, 80, al-Saba : 18).
Keempat, merupakan bumi yang suci (al-Maidah : 57). Kelima, buminya para nabi (Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Luth, Daud, Sulaiman, Shaleh, Zakariya, Yahya dan Isa A.S).
Keenam, tempat Rasulullah melakukan Isra dan mi’raj. Dan menurut Dr.Mohsen bahwa seluruh nabi dikumpulkan Allah SWT di masjid Aqsha untuk diimami oleh Rasulullah sebagai symbol perpindahan kepemimpinan kepada khatimul anbiya ini.
Ketujuh, bumi yang merupakan bagian dari dibentangkan sayap para malaikat di atasnya (Rasulullah bersabda : “Itulah para malaikat yang membentangkan sayapnya atas Syam”). Kedelapan, sebagai tempat mahsyar dan mansyar (tempat berkumpulnya manusia sebelum Kiamat). Kesembilan, tempat Dar Islam saat terjadi fitnah dan petaka (Rasulullah bersabda : ….ketahuilah bila terjadi berbagai fitnah sesungguhnya iman itu di Syam). Kesembilan, dari hadits dari Abu Darda bahwa Palestina sebagai negeri Jihad (Rasulullah bersabda : ….dan barang siapa yang menduduki salah satu pesisir dari pesisir-pesisirnya maka ia dalam jihad). Kesepuluh, Baitul Maqdis menjadi tempat sekelompok umat Islam yang tetap berada dalam kebenaran (riwayat Abi Umamah hadits marfu’, lihat Dr.Mohsen, at-Thariq Ila al-Quds, hal.51)
Oleh karena hal-hal di atas, Palestina punya tempat yang istimewa di sisi umat apalagi berbagai peperangan vital Islam dalam sejarah seperti perang Ajnadin, Fahl Bisan, Yarmuk, Hithin dan ‘Ain Jalut di mana darah para sahabat dari para sahabat dan tabiin yang semuanya terjadi di Palestina. Yang demikian merupakan bukti sejarah bahwa Islam tidak mengenal batas-batas teritorial sebagaimana dianut oleh konsep nation-states Barat. Bukankah membela masyarakat muslim Palestina dan masjid Al-Aqsha yang teraniaya, terjajah, terancam eksistensinya selama ini tidak lain adalah bagian integral dari akidah dan eksistensi ke-Islaman muslim itu sendiri? []
HABIS