PENJAJAH Israel melakukan serbuan darat besar-besaran ke Tepi Barat. Mereka melakukan serangan seperti yang dilakukan ke Jalur Gaza. Menghancurkan infrastruktur publik dan memotong jalur evakuasi kesehatan ke rumah sakit. Para penjuang kemerdekaan Palestina pun berguguran.
Hamas bersiap melakukan perlawanan “bom syahid”. Di samping perlawanan senjata yang terus lancarkan. Tepi Barat yang telah dikontrol secara ketat penjajah Israel dengan tembok-tembok dan pintu-pintu pengawasan, ternyata tidak mampu meredam perlawanan rakyat Palestina.
Bila hati merdeka, maka tidak ada yang bisa mempenjarakannya. Bila hati terpenjara, maka kebebasan apa pun adalah penjara. Karakter manusia seperti yang dijelaskan dalam surat Quraisy, yang mampu melakukan perjalanan dalam kondisi yang paling ekstrem, panas dan dingin.
Kondisi apapun dapat dilalui oleh manusia. Perhatikan Nabi Yusuf yang menghadapi mafia peradilan dan krisis ekonomi. Nabi Musa dan Ibrahim yang menghadapi genosida, dan penguasa yang kejam. Nabi Ismail yang hidup di tanah tandus tak berpenghuni.
Apa pun kondisinya, tekanannya, kekejamannya, pembatasannya, penghancurannya dan tipu dayanya. Selalu punya peluang untuk bangkit dan tumbuh. Selalu ada kesempatan untuk melawan dan membalikkan kondisi yang ada.
Seperti rakyat Indonesia yang menggunakan bambu runcing. Padahal dahulu para sultan dan raja yang memiliki sumber daya yang lebih besar tidak mampu mengusir penjajah. Seperti, rakyat Palestina sekarang, padahal dahulu saat dibantu oleh negara-negara Arab, namun tak bisa melawan penjajah Israel dalam rentang waktu yang lama.
BACA JUGA:Â Â Istidraj dan Kehancuran dari Tepian Penjajah Israel
Kemenangan pertama lahir dari kemerdekaan diri, setelah itu, sumber daya apapun bisa dikerahkan untuk menghadapi apa pun yang dialami. Batu pun bisa jadi senjata. Batu pun bisa membantu untuk menghadapi persoalan dan melakukan perlawanan. Seperti kisah Nubuwat Rasulullah ï·º, bahwa batu pun akan membantu muslimin melawan penjajah Israel. []