BERKATA Ibnul Mubarak, “Akal sempurna ditandai dengan baiknya akhlak. Sebab ialah yang memuliakan manusia di atas segala makhluk.” Sedangkan menurut Ibnu Sirrin, “Para ‘ulama yang ‘amilin dan shalihin mempelajari ilmu dari para gurunya sekaligus mencerap dan meneladani akhlak mereka.”Hal senada diungkapkan oleh Habib ibn Syahid,”Mempelajari akhlak dari ulama yang kau pergauli di tiap harinya, lebih berharga daripada banyak bicara dengan mereka.”
“Guru-guru kami senantiasa melazimkan bepergian, setidak-tidaknya dua tahun sekali, untuk mengasah akhlak mulianya,”ujar Hasan Al-Bashri. Adapun Imam Asy Syafi’i menuturkan, “Akhlak-ku ialah yang menyimak tiap huruf guruku seakan belum pernah kudengar. Dan aku berharap seluruh anggota badanku punya telinga.” Kemudian lanjutnya, “Kuburu akhlak tu diteladani dari tiap insan yang kutemui, bagai seorang ibu mencari anak semata wayang yang hilang.”
Imam Adz-Dzahabi menuturkan, “Majelis Imam Ahmad dihadiri 50.000 orang, namun hanya 500 orang saja yang mencatat hadis. Sisanya memperhatikan akhlak dan adab beliau.” Adapun Al-Muthawwa’i berkisah, “Aku bergaul dengan Ah-mad ibn Hanbal 12 tahun lamanya. Tak satu pun hadis kutulis.Kuperhatikan selalu akhlaknya saja.” Dan bercerita pula Ibnul Mubarak. “Aku belajar akhlak 30 tahun lamanya. Aku belajar ilmu 20 tahun lamanya. Dan, yang 20 tahun itu tiada bernilai apa pun tanpa yang 30 tahun.”
Ibnu Sinamenghikayatkan,”Aku menyela guruku di majelisnya dan bertanya. Maka murid lain menegurku,’Jika kau perbaiki adab dan akhlakmu, akan kuberikan jawabannya padamu.” Sementara Al-Qarafi meneladankan “Jadikan amalmu sebagai garam dan akhlakmu sebagai gandumnya. Jangan sebaliknya. Itulah roti terlezat bagi hati yang lapar.”
Al-Allamah Ibnu Sina Utsaimin pernah menyampaikan,”Inti Din adalah akhlak. Akidah dan ibadah itu akhlak pada Allah, muamalah ialah akhlak pada sesama, begitulah seterusnya.” Syaikh Syu’aib Al-Arnauth juga pernah mengatakan,”Al-Bukhari hafal sejuta hadis. Banyak ucapan berharga lalu digugurkannya karena perawinya tak menjaga akhlak pada hewan.”
Demikianlah shalihin-shalihat, pembahasan tentang akhlak. Ia adalah tanda bagi sempurnanya akal. Palsulah yang mengaku berilmu, tak beradab dalam kata dan laku. Sebab ahli ilmu adalah dia yang paling menjaga tunduk dan takutnya kepada Allah SWT (Surat Fathir ayat 28) lalu menghiasi diri dengan akhlak terpuji. []
Sumber: Menyimak Kicau Merajut Makna/Salim A. Fillah/Pro-U Media