AMERIKA SERIKAT–Pandemi virus Corona diprediksi bisa bertahan hingga 2022 jika vaksin yang efektif belum ditemukan. Prediksi tersebut berdasarkan dua studi yang dilakukan Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota dan Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard. tersebut membuat ilmuwan terkejut.
Co-author atau penulis bersama dari dua penelitian tersebut, Dr. Marc Lipsitch menyebut pandemi virus Corona masih jauh dari kata selesai. Masyarakat dunia harus bersiap hidup bersama Covid-19 hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun ke depan.
BACA JUGA: Netanyahu Sebut Gelombang Kedua Covid-19 bisa Jadi Akhir Umat Manusia
“Tepatnya berapa lama (pandemi bertahan) masih harus dilihat. Ini akan menjadi masalah bagaimana mengelola (pandemi Covid-19) selama bertahun-tahun ke depan. Bukan masalah (kita) telah melewati puncaknya sebagaimana yang orang-orang percayai,” kata Dr. Marc Lipsitch sebagaimana dikutip dari New York Times, Ahad (10/5/2020).
Dalam dua studi tersebut, para peneliti membuat model-model bagaimana pandemi Covid-19 bisa bertahan hingga minimal dua tahun ke depan.
Penelitian dari Universitas Minnesota membuat tiga model atau skenario yang memprediksi bagaimana dunia bakal menghadapi Covid-19 dengan berbagai cara berbeda.
Skenario pertama menunjukan bahwa infeksi Covid-19 di dunia akan berfluktuasi dalam keadaan relatif stabil hingga 2020.
Sementara skenario kedua memperlihatkan bahwa infeksi virus Corona di dunia bakal memuncak pada akhir 2020 dan berangsur-angsur melandai sebelum terjadi sedikit lonjakan di 2022.
Sedangkan skenario ketiga adalah yang paling diharapkan para ilmuwan, yakni infeksi Covid-19 berlangsung lambat atau “slow burn” dan berangsur-angsur hilang di tahun 2022.
BACA JUGA: 10 Provinsi di Indonesia dengan Kasus Positif Covid-19 Tertinggi
Dalam makalah ilmiah itu, para peneliti menjelaskan bahwa realitas apapun bisa terwujud tergantung dari langkah-langkah pencegahan yang dilakukan berbagai negara, dalam rangka menunggu vaksin tercipta.
“Kita harus bersiap untuk setidaknya 18 hingga 24 bulan aktivitas Covid-19 yang signifikan, dengan hot spot bermunculan secara berkala di beragam wilayah geografis,” tulis ilmuwan di makalah tersebut. []
SUMBER: SUARA