SETIAP orang tidak akan bisa lepas dari dosa dan khilaf. Karenanya mutlak bagi kita selaku Muslim untuk selalu bertaubat dan gemar beramal shalih agar jiwa kita senantiasa bersih dan suci dari dosa.
Selain itu, kita perlu menjaga diri dari setiap perbuatan maksiat dan keburukan sekecil apa pun. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri ra. mengatakan:
“Empat perkara yang jika ada pada diri seseorang niscaya Allah SWT akan menjaganya dari setan dan mengharamkannya dari api neraka, yaitu siapa saja yang bisa menguasai diri tatkala didera oleh keinginan, rasa takut, nafsu, syahwat, dan kemarahan.”
BACA JUGA: Rahasia Kebaikan dan Keburukan
Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menerangkan:
Keempat perkara yang disebutkan oleh Al-Hasan Al-Bashri ini merupakan pangkal dari segala macam keburukan. Karena, keinginan terhadap sesuatu ialah kecenderungan jiwa kepadanya dengan sebab meyakini kemanfaatannya. Sehingga jika seseorang tengah berkeinginan terhadap sesuatu niscaya akan terbawa untuk berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara yang dia yakini akan bisa menyampaikannya.
Terkadang mayoritas cara-cara tersebut adalah cara-cara yang diharamkan, atau bisa jadi sesuatu yang dia ingini itu sendiri merupakan perkara yang haram. Sedangkan (definisi) takut adalah kekhawatiran terhadap sesuatu. Apabila seseorang merasa takut terhadap sesuatu niscaya akan melakukan sebab-sebab (faktor-faktor) yang akan menolaknya dengan berbagai cara/jalan yang diyakini akan dapat menolaknya. Adakala kebanyakan dari jalan-jalan tersebut adalah perkara-perkara yang diharamkan.
Syahwat adalah kecondongan jiwa pada hal-hal yang mencocokinya di mana jiwa itu merasakan kelezatan/kenyamanan dengannya. Mayoritasnya, jiwa itu cenderung kepada keharaman-keharamanm seperti zina, mencuri, minum khamr, condong kepada kekafiran, sihir, kemunafikan, dan kebid’ahan-kebid’ahan.
BACA JUGA: Saat Kebaikan dibalas dengan Keburukan
Sedangkan kemarahan ialah mendidihnya darah di qalbu guna mencegah hal-hal yang menyakitinya tatkala mengkhawatirkan bakal terjadinya suatu peristiwa, atau dalam upaya membalas dendam kepada pihak yang telah menyakitinya sesudah terjadinya peristiwa tersebut. Sehingga muncullah dari semua itu tindakan-tindakan yang haram, seperti pembunuhan, pemukulan, berbagai bentuk kezaliman dan permusuhan.
Muncul pula dari kemarahan berbagai macam ucapan keji yang bisa saja naik ke derajat kekafiran sebagaimana yang terjadi pada diri Jabalah bin Al-Aiham. Demikian pula sumpah-sumpah yang tidak diperbolehkan secara syariat dan atau sampai mengucapkan kalimat talak (cerai) kepada istri yang kemudian berakhir dengan penyesalan. []
SUMBER: ASY SYARIAH