PERANG Mut’ah terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun 8 H, bertepatan dengan bulan Agustus atau September 629 M. Perang ini merupakan salah satu perang terbesar yang pernah dilalui Rasulullah dan kaum muslimin.
Dalam perang ini Rasulullah mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai panglima pasukan, seraya berkata, “Apabila Zaid terbunuh maka Ja’far (yang mengambil alih) dan bila Ja’far terbunuh maka Abdullah bin Rawahah (yang mengambil alih).” Kemudian beliau mengangkat panji putih dan memberikannya pada Zaid bin Haritsah.
BACA JUGA: Sebab Terjadinya Perang Mu’tah
Tatkala pasukan Islam telah bersiap untuk berangkat, masyarakat Madinah turut hadir melepas kepergian para panglima dan memberi salam kepada mereka. Ketika itu pula nampak Abdullah bin Rawahah, salah satu panglima pasukan menangis. Mereka bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Ia menjawab, “Demi Allah aku tidak memiliki kecintaan apapun terhadap dunia dan bukan pula karena perpisahan dengan kalian, akan tetapi aku mendengar Rasulullah membacakan ayat, yang berbunyi:
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (QS. Maryam Ayat 71)
”Aku tidak tahu bagaimana bisa keluar darinya setelah aku memasukinya? Maka para sahabat pun berkata, “Semoga Allah menyertai kalian dengan keselamatan dan melindungi kalian serta mengembalikan kalian dalam keadaan sehat dan menang.”
BACA JUGA: Cara Sahabat Perlakukan Tawanan Perang
Kemudian masyarakat turut keluar bersama Rasulullah dan mengantar mereka sampai ke Tsaniyyah al-Wada, lalu beliau berhenti dan mengucapkan selamat jalan kepada mereka. []
Sumber: Darussalam 1421 H, Ar-Rahiq al-Makhtum. Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri. Sirah Nabawiyah, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad, Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir., hal 576, 577.