LANJUTAN tentang Harut dan Marut.
Dia mengakhiri pendapatnya terhadap hadis tersebut, “Semua ini menguatkan apa yang telah dikuatkan Ibnu Katsir bahwa sesungguhnya hadis tersebut bersumber dari cerita-cerita Yahudi yang disampaikan Ka’ab Al-Ahbar. Sebenarnya, itu bukanlah hadis marfu dari Rasulullah ﷺ. Barang- siapa me-rafa-kannya maka dia telah berbuat salah dan lalai.
“Sementara itu, bagi orang-orang yang meriwayatkannya dari kisah-kisah Ka’ab Al-Ahbar, dengan lebih menjaga dan memercayainya daripada orang yang meriwayatkan secara marfu maka dia lebih parah daripada imam yang hafizh dan jalil.”
Sayyid Quthb berpendapat tentang kisah Harut dan Marut, “Tentang siapa dua malaikat ini—Harut dan Marut—serta kapan mereka berada di negeri Babilonia, sesungguhnya kisah mereka tidak menyangkal isyarat ini dan tidak membantahnya. Isyarat umum yang ada dalam Al-Quran Al-Karim ini telah ada dalam sebagian perbincangan yang dahulunya telah masyhur di kalangan orang-orang yang memperbincangkannya. Sebenarnya, dalam penjelasan umum itu, ada metode untuk mencapai tujuan.
BACA JUGA: Kisah Harut dan Marut Versi Yahudi: Malaikat yang Diberi Hawa Nafsu
Di sana, belum ada sesuatu yang membuka peluang ke arah penjelasan yang lebih terperinci karena perincian cerita itu bukanlah suatu tujuan. Aku tidak ingin mengatakan bahwa kita memfokuskan perhatian—dalam Fi Zhilal Al-Qur’an ini—hanya pada seputar cerita-cerita beragam yang bercerita tentang dua malaikat tersebut karena tidak ada satu riwayat pun yang benar dan dapat dipercaya.”
Jika demikian, bagaimana kisah mereka (Harut dan Marut) sebenarnya? Kami tidak menemukan dalam hadis-hadis sahih yang menerangkan kisah tentang Harut dan Marut serta kepentingan mereka di negeri Babilonia itu. Jika ingin mengetahui kisah Harut Marut tersebut, kita harus mencari hanya pada apa yang diterangkan dalam Al-Quran serta mengambil dari penjelasan yang kita dapatkan dalam Al-Quran.
Al-Quran menunjukkan bahwa Allah memilih dua orang malaikat di antara malaikat-malaikat-Nya. Nama yang satu- nya adalah Harut dan yang satunya lagi adalah Marut. Kemudian, Allah menurunkan mereka di negeri Babilonia yang merupakan kota terkenal di Irak, yang dahulunya adalah ibu kota kebudayaan Babilonia kuno. Pada saat itu, rajanya bernama Hammurabi dan Nebuchadnezzar.
Kita tidak mengetahui mengapa keduanya diturunkan di negeri Babilonia dan kapan mereka diturunkan. Dimulainya cerita ini, yakni bahwa kepentingan mereka di negeri Babilonia berhubungan dengan sihir. Sebagaimana telah diketahui, sihir pada saat itu tersebar di negeri Babilonia. Tampaknya penyebaran itu bersumber dari tangan orang-orang Yahudi.
Ketika itu, Raja Babilonia, Nebuchadnezzar, menawan mereka (orang-orang Yahudi) sesudah penghancuran kerajaan mereka di Palestina. Telah masyhur bahwa sihir begitu lekat dalam kehidupan orang-orang Yahudi, yakni bahwa mereka merupakan umat dan bangsa yang paling banyak berhubungan dengan sihir, termasuk juga banyak berperan dalam penyebarluasannya.
Pada awalnya, orang-orang Yahudi tersebut menakut-nakuti orang lain dengan sihir. Mereka menggambar lingkaran bulan yang besar di sekitar sihir itu lalu mengancam orang lain bahwa sihir itu dapat mendatangkan mudharat (bahaya) atau manfaat dan dapat menguasai segala sesuatu. Akibatnya, orang lain menjadi tunduk dan takut kepada mereka serta menjadi lengah.
Kepentingan Harut dan Marut berada di negeri Babilonia itu berhubungan dengan sihir dan penyihir, yakni melenyapkan apa yang berhubungan dalam jiwa manusia dan ketakutan yang disebabkan sihir itu. Mereka pun mengajarkan sihir kepada orang-orang di negeri Babilonia, menjelaskan hakikatnya kepada mereka, menerangkan apa yang menjadi dasar adanya sihir itu, dan melenyapkan lingkaran besar sihir yang tergambar di sekitarnya.
Dari apa yang mereka kerjakan tersebut, mereka seolah-olah ingin mengatakan kepada kaum itu, “Sesungguhnya, sihir bisa saja dipelajari manusia. Sihir itu bukanlah teka-teki dan tulisan-tulisan jimat ahli sihir semata. Bahkan, sihir dapat disamakan sebagai suatu ilmu dari berbagai cabang ilmu yang dapat diserap (dikuasai) melalui belajar dan berusaha. Sesungguhnya, sihir itu tidak dapat mencelakai seseorang dan tidak dapat memberi manfaat, kecuali dengan izin Allah semata.”
Pada dasarnya, Harut dan Marut mengajarkan sihir itu untuk mengungkapkan hakikatnya dan mengingatkan manusia terhadap perbuatan sihir, bukan agar suatu kaum mengajarkannya kembali dan menjadikannya sebagai kebiasaan serta mengamalkannya.
Oleh sebab itu, mereka tidak mengajarkan kepada seorang pun sebelum mengatakan (kepada orang itu) sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu). Oleh sebab itu, janganlah kufur. Dengan kata lain, maksudnya adalah janganlah engkau mengerjakan sihir atau membiasakan diri berbuat sihir.
BACA JUGA: Siapa Harut dan Marut?
Setelah selesai kepentingan kedua malaikat tersebut di negeri Babilonia, mereka pun naik lagi ke langit sebagai dua malaikat yang mulia seperti halnya ketika mereka diturunkan. Namun, penduduk negeri Babilonia tidak mau mendengar nasihat kedua malaikat tersebut. Bahkan, penduduk kota itu sibuk dalam kejahatan dan kerusakan dengan ilmu sihir yang diajarkan kepada mereka.
Mereka makin membiasakan diri dengan sihir dalam berinteraksi kepada orang lain. Dengan sihir itu, mereka memisahkan suami dari istrinya. Allah mencela mereka karena perilaku yang demikian rusaknya. Allah berfirman sebagaimana tercantum dalam Surha Al-Baqarah (2) ayat 102:
وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
“… Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya).”[]
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN