DALAM beberapa belas tahun terakhir, ada beberapa nama yang pasti selalu diingat sekarang ini dari Barcelona, klub sepakbola Spanyol. Ini adalah kisah Xavi tentang para pemain Muslim di Barcelona.
Mereka adalah tentu saja Lionel Messi. Kemudian Andres Iniesta, dan satu lagi Xavi Hernandes. Xavi dan Iniesta sudah pensiun.
Messi masih aktif merumput.
Messi, dikenal tentu karena kepiawaiannya dalam mengendalikan bola.
BACA JUGA: 3 Alasan Muslim Menyukai Cristiano Ronaldo
Waktu itu, Iniesta dan Xavi adalah dua jenderal lapangan tengah Barca.
Xavi, yang juga pernah bermain untuk Al-Sadd, mengatakan, dirinya diajarkan untuk menghormati Muslim sejak di La Masia, sekolah sepakbola milik El Barca. Saat ia bermain, setidaknya Barcelona saat itu mempunyai empat pemain Muslim.
“Seydou Keita beribadah di mana saja di ruang ganti. Saya, dan semua yang besar di La Masia, tidak merasa terganggu,” ujar Xavi dalam wawancara dengan El Heddaf, koran terbitan Aljazair.
Ketika kali pertama tiba di Barcelona, lanjut Xavi, Keita sering meminta ruangan untuk beribadah. Saudara seiman Keita, Yaya Toure, saat masih membela Barcelona, juga sering melakukannya.
“(Eric) Abidal, Yaya, dan Keita, sering terlihat beribadah bersama dalam ruangan. Jika ruangan terpakai, mereka shalat di ruang ganti, dan kami mencoba tidak lalu-lalang di hadapannya,” imbuh Xavi.
Setelah Toure pindah ke Manchester City, menurut Xavi, kemudian Keita yang ditasbihkan sebagai imam setiap kali shalat. “Abidal, Keita, dan Afellay adalah Muslim yang hebat,” puji Xavi.
Bekas playmaker Timnas Spanyol itu mengungkapkan, yang membuat rasa ingin tahunya soal Islam adalah saat Ramadhan tiba. Ia yakin akan sangat sulit bagi Keita, Abidal, dan Ibrahim Afellay tidak makan dan minum selama 12 sampai 15 jam dalam cuaca panas.
“Mereka bisa melakukannya. Luar biasa. Semakin bertambah hormat saya kepada mereka yang menjalankan kewajiban agamanya dengan taat,” kata gelandang tersebut.
BACA JUGA: 9 Bintang Sepak Bola Muslim
Menurut Xavi, dirinya juga berupaya menjalan kewajiban sebagai pemeluk Katolik dengan baik, dan rekan-rekan Muslim di tim Barcelona menghormatinya.
“Itulah sepakbola, olahraga yang membawa kami — yang berbeda agama dan budaya– dalam kebersamaan,” pungkasnya. []
Sekilas Xavi
Xavi, nama panggilan Xavier Hernández Creus, (lahir 25 Januari 1980, Terrassa, Spanyol), pemain sepak bola Spanyol yang secara luas dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia pada awal abad ke-21.
Pada usia 11 tahun, Xavi bergabung dengan skuad muda FC Barcelona, klub sepak bola divisi pertama di dekat kota kelahirannya.
Dia maju melalui berbagai peringkat junior klub sebelum melakukan debut tim pertamanya pada tahun 1998.
Di musim pertamanya bersama tim, Barcelona memenangkan kejuaraan La Liga 1998–99—liga sepak bola papan atas Spanyol.
https://www.youtube.com/watch?v=4kvW6Q2-Xs8
Waktu bermain Xavi terus meningkat selama musim-musim berikutnya, dan dia adalah pemian kunci klub ketika memenangkan gelar La Liga 2004–05.
BACA JUGA: Edouard Mendy, 5 Tahun yang Lalu
Xavi dan Barcelona berhasil mempertahankan kejuaraan La Liga pada 2005-06 dan merebut gelar Liga Champions musim itu juga.
Tahun 2008-2009, ia bersama Barcelona meraih pencapaian “treble” pertama (memenangkan tiga gelar klub besar Eropa dalam satu musim) dan ini pertama dalam sejarah Barcelona—dengan meraih gelar La Liga, Copa del Rey (piala domestik utama Spanyol), dan gelar Liga Champions.
Xavi membantu Barcelona meraih gelar La Liga juga pada 2010–11 dan 2012–13 serta kemenangan Copa del Rey pada 2011–12.
Pada bulan Maret 2015 ia mengumumkan meninggalkan Barcelona untuk Qatar Al-Sadd.
Dia menyelesaikan kariernya di Barcelona dengan prestasi tinggi saat klub itu memenangkan treble lagi musim itu.
Dia pensiun sebagai pada Mei 2019 dan ditunjuk sebagai manajer Al-Sadd segera sesudahnya.
Tingginya hanya 5 kaki 6 inci (1,68 meter), namun Xavi menebus perawakannya yang pendek dengan visi lapangan yang tak tertandingi, keterampilan menangani bola yang luar biasa, dan kemampuan untuk membuat umpan yang tajam dan tepat.
Lebih dari seorang playmaker daripada pencetak gol yang produktif, Xavi memimpin La Liga dalam assist di 2008-09 dan 2009-10.
Mungkin tidak ada pemain yang pernah berhasil mendikte penguasaan bola seperti yang dilakukan Xavi selama ini, karena Barcelona dan Spanyol secara konsisten memonopoli 60 hingga 70 persen bola.
Ketika Xavi Bermain
Tingkat keberhasilan umpannya dalam permainan secara teratur mencapai 90-an, termasuk nilai sempurna 100 persen pada kesempatan tertentu.
Angka yang luar biasa ketika Anda mempertimbangkan betapa kreatifnya Xavi.
Dia adalah satu-satunya pemain yang pernah mencatatkan assist di dua final Piala Eropa yang berbeda.
Dia jenius dalam mengenali pola di lapangan, melihat bagaimana permainan berkembang dua atau tiga langkah ke depan.
Pengambilan keputusannya selalu tepat. Ketika dia harus menjaga bola dan bermain pendek, segitiga tajam dia akan melakukannya. Tetapi ketika ada celah untuk umpan terobosan, dia akan mengeksekusi umpan mematikan dengan presisi yang tepat.
“Saya ingin menunjukkan pengakuan saya kepada pemain fantastis,” kata pelatih Spanyol ketika itu, Vicente del Bosque, setelah Xavi mengumumkan pensiun dari Timnas. “Kami telah kehilangan pemain unik di tim nasional dan akan sulit untuk menemukan pemain lain seperti dia. Xavi telah menjadi kunci dalam gaya Spanyol dan dalam semua kesuksesan yang dicapai. Kami akan sangat merindukannya di dalam dan di luar lapangan. ” []