SUDAH bersih-bersih rumah? Sudah menyiapkan makan malam? Sudah memberi makan anak-anak? Sudah cuci pakaian?
Itu adalah beberapa pertanyaan yang sering didengar seorang istri dari mulut suaminya. Ya, suami yang di awal pernikahan mengucap janji untuk senantiasa membahagiakan istrinya. Pada perkembangannya, kadang mereka justru jadi penyebab ketidakbahagiaan sang Istri.
Visi yang tidak seimbang terhadap hubungan ideal pasangan memang akan cukup buruk untuk menjerumuskan keluarga ke dalam situasi yang sarat dengan masalah dan kekhawatiran. Bahkan, di antara keluarga beragama, masih ditemukan beberapa suami yang masih belum memiliki pemahaman yang tepat tentang hak-hak istri mereka , atau visi yang jelas tentang hubungan yang dimaksudkan antara pasangan yang sudah menikah.
BACA JUGA: Suami, Dengarkanlah Istrimu!
Istri Adalah Manusia
Sangat menyakitkan dan menyedihkan melihat seorang suami yang menjalankan perintah Allah di satu sisi, tetapi lupa untuk mengikuti petunjuk-Nya tentang bagaimana memperlakukan istrinya dengan baik.
Di luar rumah dia baik, sabar dan murah senyum. Tapi, begitu dia kembali ke rumah, wajah tersenyum menjadi marah dan sedih. Kebaikan dan kelembutannya di luar sana berubah menjadi luapan emosi yang menakutkan. Dia mulai berteriak dan memerintah istri dengan seenaknya dengan dalih bahwa istri wajib menuruti perintah suaminya.
Dia lupa bahwa meskipun dia menghadapi banyak tantangan dan tekanan di luar rumah, istrinya juga bisa kewalahan dengan pekerjaan rumah dan tanggung jawabnya kepada anak-anak.
Dia lupa bahwa istri juga butuh istirahat setelah seharian bekerja. Meskipun tugas suami adalah bekerja di luar rumah dan menafkahi keluarganya, peran seorang istri di dalam rumah tidak kalah pentingnya. Sebaliknya, perannya seringkali lebih penting karena dialah yang bertugas membesarkan anak-anak dan menjaga keluarga.
Kita sering melihat skenario ini: Seorang istri merasa lelah dan meminta suaminya untuk membantunya membersihkan, mencuci atau memasak. Dia menolak, seolah-olah memalukan bagi seorang pria untuk membantu istrinya.
Tidakkah dia tahu bahwa Nabi Muhammad ﷺ, orang yang paling dicintai Allah, membantu istri-istrinya dalam pekerjaan rumah ?
Tidakkah dia tahu bahwa Umar Ibn al-Khattab memberikan resep kepada sekelompok wanita untuk mengajari mereka cara memasak?
Bisakah Umar mengajar orang lain jika dia sendiri tidak tahu cara memasak?
Tidak ada suami, terlepas dari seberapa banyak pekerjaannya, yang bisa lebih sibuk dari Nabi ﷺ yang bertugas menyebarkan ajaran Islam. Demikian pula, tidak ada orang yang lebih sibuk dari Umar yang harus memikul tanggung jawab sebagai khalifah. Namun, mereka masih bisa membantu pekerjaan rumah. Bahkan, menghargai dan menyayangi istrinya sebagaimana Allah memerintahkan agar berbuat baik kepada pasangan.
BACA JUGA: 10 Cara Jadi Suami Sukses
Tunjukkan Cinta
Banyak wanita yang menjadi seorang istri, justru tidak pernah mendengar kata-kata yang penuh kasih atau penghargaan dari suami mereka. Hal ini bertolak belakang dengan kata-kata manis yang kerap dilontarkan pria kepada pasangannya sebelum menikah. Namun, setelah menikah, suami seakan malu mengakui perasaannya.
Ketika ditanya tentang orang yang paling dicintainya, Nabi ﷺ tidak ragu menyebut nama istrinya, Aisyah. Dengan demikian, ia menyatakan dengan sangat jelas, bahwa seorang suami tidak boleh malu mencintai istrinya atau bahkan menyatakan cinta itu di depan orang lain.
Juga menyakitkan mendengar bahwa beberapa suami tidak berbicara dengan istri mereka atau menghabiskan waktu bersama keluarga mereka, dengan alasan jadwal yang sibuk dan pekerjaan dakwah. Meskipun berdakwah di luar rumah itu mulia, istri dan anak juga harus menerima dakwahnya.
Siapa lagi yang bisa berbagi kebahagiaan dan kesedihan lebih baik daripada istri? Siapa lagi yang bisa mendorong seseorang untuk menghadapi tantangan hidup dengan ketekunan dan kesabaran? Siapa yang bisa mendengarkan dan menyimpan rahasia seseorang lebih baik daripada seorang istri? Siapa yang dapat membantu memperbaharui iman dan niat lebih baik dari seorang istri?
Peran istri sangat pending dalam memberikan dukungan moril terhadap suami. Mana mungkin mereka boleh diabaikan begitu saja.
Lakukan sesuai Sunah
Bukankah muslim harus mengikuti teladan Nabi ﷺ dalam setiap masalah kehidupan?
Nabi ﷺ mengajarkan bahwa yang terbaik di antara laki-laki adalah yang paling baik memperlakukan istrinya.
Nabi ﷺ menghabiskan waktu dengan istri-istrinya, berbicara dengan mereka, tertawa bersama mereka, dan bahkan bermain dengan mereka. Ia mendengarkan saran istrinya, Ummu Salamah, terkait perjanjian Hudaibiyah, ketika ia menyarankan dia untuk memulai cukur dan pemotongan. Itu adalah nasihatnya yang matang yang memecahkan kesulitan dan melindungi Muslim. Nabi ﷺ menerima saran istrinya dalam mengambil keputusan.
Demikian juga soal keluarga. Membesarkan anak bukan hanya pekerjaan ibu, seperti yang dipikirkan beberapa orang secara keliru. Hal itu adalah tanggung jawab bersama yang harus dipikul oleh kedua orang tua.
Setiap orang memiliki perandalam keluarga. Tidak ada keraguan bahwa ibu memikul beban tanggung jawab yang lebih besar, tetapi peran ayah juga penting dan memiliki efek luar biasa pada stabilitas keluarga.
Anak membutuhkan kehadiran dan masukan dari seorang ayah. Mereka membutuhkan dia untuk bertanya tentang pekerjaan rumah mereka, membantu mereka menghafal Al-Qur’an dan memahami agama. Mereka perlu merasa bahwa dia ada untuk mereka.
BACA JUGA: Inilah 5 Keutamaan Suami Menafkahi Keluarga
Wahai, para suami ….
Istri Anda adalah pasangan Anda, separuh jiwa Anda dan teman hidup Anda. Dia bisa menjadi hassanah Anda di dunia ini dan “berkah dalam hidup Anda,” tetapi hanya jika Anda memberinya kesempatan agar hal itu terjadi.
Dia adalah orang yang dapat membawa senyum ke wajah Anda dan mengeringkan air mata rasa sakit dari mata Anda. Dia memiliki potensi untuk memberi keluarga Anda iman, kebahagiaan, dorongan, dan kesabaran dalam menghadapi tantangan yang mungkin Anda hadapi.
Istri Anda selalu siap mengorbankan segalanya demi membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi keluarga. Tidak ada yang bisa mengklaim bahwa pernikahan selalu bahagia atau bahwa tidak akan pernah ada kesulitan untuk dihadapi. Tetapi, jika dasar hubungan itu kuat dan jika setiap orang memiliki visi yang jelas tentang hak-hak pasangannya, maka tantangan dapat dengan mudah diatasi.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar Rum: 21) []
SUMBER: ABOUT ISLAM