KUALA LUMPUR—Hasil resmi pemilihan umum (Pemilu) Malaysia, Kamis (10/5/2018), menyatakan kemenangan aliansi partai oposisi yang dipelopori oleh Mahathir Mohamad. Dengan demikian mantan perdana menteri Malaysia yang pernah menjabat selama 22 tahun itu, kembali menjadi perdana menteri.
Hasil resmi menunjukkan bahwa Pakatan Harapan Mahathir memenangkan 113 kursi parlemen dari 222, atau dengan kata lain meraih mayoritas sederhana yang diperlukan untuk memerintah. Sedangkan partai koalisi yang berkuasa di bawah pimpinan perdana menteri incumbent, Najib Razak, Barisan Nasional (BN) memiliki 79 kursi.
Mahatir bekerja sama dengan anak dari politikus Anwar Ibrahim yang dahulu dipenjarakannya. Bersama aliansi mereka mengeksploitasi kekecewaan publik atas biaya hidup dan skandal multi-miliar dolar yang telah mengguncang kekuasaan Najib sejak 2015.
Mahathir telah berjanji untuk mencari pengampunan kerajaan untuk Anwar jika mereka memenangkan pemilihan dan, setelah Anwar bebas, ia akan mengundurkan diri dan membiarkannya menjadi perdana menteri.
Organisasi Nasional Malaysia Bersatu (UMNO) yang dipimpin oleh Najib menunda konferensi pers dan mengatakan Najib, yang telah memerintah negara itu selama hampir 10 tahun, akan berbicara kepada media pada pukul 9:45 pagi waktu setempat.
Dengan kemenangan ini, Mahathir yang saat ini berusia 95 tahun akan menjadi perdana menteri tertua. Ia adalah sosok yang terpolarisasi dan banyak pemilih curiga padanya karena kepemimpinannya sebagai perdana menteri dari 1981 hingga 2003.
Namun, popularitas Najib (64), menurun tajam selama tiga tahun terakhir, sebagian karena skandal mengenai 1Malaysia Development Berhad (1MDB), di mana dana negara miliaran dolar diduga telah dikorupsi.
Mahathir pernah menjadi mentor Najib, tetapi ia kemudian memilih untuk meninggalkan UMNO terkait skandal 1MDB dan bergabung dengan oposisi. Najib yang merupakan ketua dewan penasehat 1MDB, telah membantah melakukan korupsi dan dia telah dibebaskan dari pelanggaran apa pun oleh jaksa agung Malaysia.
Mahathir kemudian mengubur permusuhan dengan Anwar Ibrahim (70) tahun lalu dan keduanya setuju untuk bergabung guna menggulingkan Najib.
Mahathir memecat Anwar sebagai wakil perdana menteri pada 1998. Anwar kemudian memulai gerakan yang dikenal sebagai ‘Reformasi’ untuk mengakhiri pemerintahan berbasis ras dan patronase UMNO. Namun, sepak terjangnya dihentikan dengan tuduhan sodomi dan korupsi, yang dibantahnya. Namun, Anwar akhirnya dipenjarakan. []
SUMBER: SINDONEWS