SURGA digambarkan penuh dengan kenikmatan dan kenyamanan. Segala fasilitas yang menyenangkan ada di sana. Dijelaskan dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri, bahwa terdapat pula pasar di surga.
Di surga memang tersedia beragam tempat, namun kesenangan yang disajikan jauh berbeda dengan kesenangan dunia. Tentang keberadaan pasar di surga bahkan sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW, dalam hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik.
“Sungguh di surga ada pasar yang didatangi penghuni surga setiap Jumat. Bertiuplah angin dari utara mengenai wajah dan pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan tampan. Mereka pulang ke istri-istri mereka dalam keadaan telah bertambah indah dan tampan. Keluarga mereka berkata, ‘Demi Allah, engkau semakin bertambah indah dan tampan.’ Mereka pun berkata, ‘Kalian pun semakin bertambah indah dan cantik’.” (HR. Muslim).
Lantas seperti apa pasar di surga ini? Apa yang diperjualbelikannya? Siapa pembeli dan penjualnya?
BACA JUGA: Empat Kelebihan Surga Dibanding Kenikmatan Dunia
Imam An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, yang dimaksud pasar dalam hadis nabi ialah tempat berkumpulnya penduduk surga. Di sana, para ahli surga berbincang dengan akrab.
“Yang dimaksud pasar ialah tempat berkumpulnya manusia, sebagaimana manusia di dunia berkumpul di pasar,” jelas An Nawawi.
Dari penjelasan Imam An Nawawi tersebut, diketahui bahwasannya para penduduk surga saling bertemu di pasar surga. Mereka mengobrol dengan kerabat dan sahabat di dunia. Membicarakan tentang beratnya amal salih yang terbalas dengan surga.
Hal ini diperkuat dengan fatwa para ulama dalam Fatwa Al Lajnah Ad Daimah:
“Pasar di surga adalah tempat bertemunya kaum muslimin satu sama lain supaya bertambah kenikmatan mereka. Mereka merasakan kelezatan saling berbincang, saling mengenang apa yang terjadi di dunia dan membicarakan apa yang mereka dapatkan di akhirat. Mereka bertemu setiap Jumat sebagaimana pada hadits, agar mereka bisa saling berjumpa satu sama lain,”
Fungsi pasar di surga jelas tidak sama dengan pasar di dunia. Pasar surga bukanlah tempat jual beli. Ia merupakan tempat berkumpul para penduduk surga. Namun, masih terdapat perbedaan pendapat tentang hal ini.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa surga memang memiliki pasar, namun tidak ada transaksi di dalamnya. Penduduk surga boleh berbelanja bebas, mengambil barang yang diinginkan tanpa harus membayar.
Sebenarnya, para penduduk surga tak perlu berbelanja ke pasar. Mengingat apapun yang diinginkan di surga, dapat langsung memintanya. Namun bagi sebagian orang, berbelanja menjadi kenikmatan tersendiri dan kenikmatan tersebut juga bisa didapatkan di surga.
Allah SWT berfirman:
يُطَافُ عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ ۖ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ ٱلْأَنفُسُ وَتَلَذُّ ٱلْأَعْيُنُ ۖ وَأَنتُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az Zukhruf: 71)
BACA JUGA: Inilah Pedagang yang Masuk Surga Tanpa Hisab
Dalam hadis nabi disebutkan bahwa penduduk surga pergi ke pasar setiap hari Jum’at. Hal ini menurut Imam An Nawawi hanyalah perkiraan waktu. Pasalnya, di surga tidak mengenal siang dan malam, serta tidak ada matahari dan bulan.
“Maksud (ucapan nabi) ‘mereka mendatangi setiap hari Jumat’ ialah perkiraan lama waktu setiap Jumat atau sepekan. Tidaklah sepekan memiliki makna yang sebenarnya, karena tidak ada matahari, siang dan malam di surga,” jelas sang Imam dalam Syarh Muslim.
Rasulullah juga menyebut tentang angin utara dalam hadis beliau tentang pasar di surga. Makna angin utara tersebut sesuai dengan budaya bangsa Arab yang terbiasa menanti angin utara dari arah Syam. Angin dari arah utara tersebut dinantikan bangsa Arab karena biasanya membawa air hujan.
Karena itulah angin utara dianggap sebagai kabar gembira. Angin sejuk menggembirakan itu, akan dirasakan penduduk surga saat mereka menjalin keakraban di pasar. []
Referensi: Ensiklopedia Islam Al Kamil/Karya: Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri/Penerbit: Darus Sunnah Press/Tahun: 2017