SETIAP dari kita tidak akan mungkin lepas dari namanya pasar. Ya, sebab pasar merupakan satu-satunya tempat bagi kita dalam memenuhi kebutuhan. Terutama kebutuhan sumber energi berupa makanan. Dan ternyata tempat yang sering dikunjungi oleh banyak orang ini, juga menjadi markas besar para setan lho!
Salman Al-Farisi berkata, “Jika kamu bisa, jangan sekali-kali menjadi orang pertama yang memasuki pasar dan jadilah orang terakhir yang keluar dari pasar. Karena pasar adalah medan pertempuran setan dan di sana dia menegakkan benderanya.”
BACA JUGA: Hati-hati Berlama-lama di Pasar
Itulah sebabnya, di pasar banyak sekali godaan. Segala jenis transaksi yang berbau kecurangan ada di sana. Padahal, sebagai pedagang menjadi mulia jika ia jujur. Tapi akibat adanya godaan menjadi tantangan yang begitu berat baginya untuk menahan diri dari gangguan setan. Selain itu, sebagai pembeli itu memiliki kedudukan mulia, yakni menjadi seorang raja. Tapi, akan menjadi hina ketika ia tidak bersikap baik pada pedagang. Dan lagi-lagi setan ikut andil dalam hal ini.
Imam An-Nawawi berkata, “Pasar dan perbuatan setan diserupakan dengan penghuninya. Setan akan menggoda mereka dalam perniagaan sebuah pasar karena begitu banyaknya kebatilan yang terjadi di dalamnya seperti penipuan, pemalsuan, sumpah palsu, transaksi yang batil, kecurangan, menjual atas sesuatu yang dijual saudaranya, membeli atas sesuatu yang dibeli saudaranya, menawar atas tawaran saudaranya berlaku curang dan mengurangi timbangan dan takaran.”
BACA JUGA: Ternyata Ada Berkah ketika di Pasar
Imam Nawawi melanjutkan, “Adapun perkataan Salman, ‘Setan menegakkan benderanya di pasar,’ merupakan isyarat bahwa benderanya akan berdiri tegak di sana dan menjadi tempat perkumpulan bala tentara di sekelilingnya untuk menimbulkan perpecahan dan perselisihan di tengah-tengah manusia serta membawa mereka kepada kerusakan yang telah disebutkan ini dan yang lainnya. Di sinilah (pasar atau bendera), markas setan dan bala tentaranya.” []
Referensi: Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya/Karya: Syaikh Wahid Abdussalam Bali/Penerbit: Ummul Qura