PEMBANGUNAN perekonomian dalam Islam jauh sebelumnya sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad ï·º. Beliau menciptakan tatanan wilayah yang amat baik sehingga mampu memberikan kesejahteraan bagi orang yang berada didalamnya.
Satu hal yang tidak bisa dilupakan dan diingkari bahwa tidak ada satu hal pun yang tidak diatur oleh Islam. Begitu pula terkait dengan perekonomian. Mari kita sejenak melihat kebelakang. Masa dimana Rasulullah ï·º melakukan perjalanan menuju Madinah.
BACA JUGA:Â Pandangan Imam Al-Ghazali Mengenai Ekonomi
Hal pertama yang beliau bangun adalah Masjid. Hal itu diperuntukan agar umat Islam ketika itu memiliki pusat kegiatan keilmuan dan berbagai kegiatan keislaman lainnya yang dilakukan di masjid.
Setelah masjid dibangun, Rasulullah ï·º kemudian mendirikan pasar sebagi pusat ekonomi masyarakat setempat. Tentu pasar yang berdiri dengan menganut aturan Islam. Hal ini sebagai langkah mendidik bagaimana Islam mengatur roda perekonomian dengan begitu adilnya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Masjid dan pasar adalah dua hal yang mendapat perhatian besar sehingga perencanaan keduanya selalu nampak dalam setiap pembangunan kota.
Diriwayatkan ketika Amr bin Ash mengirimkan surat kepada Umar untuk memberitahukan rencana membangun rumah khalifah, maka Umar membalas surat tersebut agar tempat itu dijadikan pasar bagi kaum Muslimin.
Pasar yang dibangun Rasulullah ï·º dan para sahabatnya justru telah merubah sistem pasar Yahudi yang menganut semangat keserakahan. Seperti tumbangnya Pasar Bani Qainuqa milik Yahudi oleh Pasar Islam yang dibangun Rasulullah ï·º saat hijrah ke Madinah.
BACA JUGA:Â Atasi Kesenjangan Ekonomi dengan Islam
Saat itu kehadiran Islam disambut dengan hangat di Madinah karena mampu menyuguhkan sistem perekonomian yang menguntungkan semua pihak. Jauh dari riba dan keserakahan. Hal ini menyebabkan robohnya aturan jahiliyah.
Dan Islam diakui sebagai kekuatan pembebasan dari belenggu pembodohan, perbudakan dan penyembahan terhadap makhluk menjadi tauhid yaitu penyembahan hanya kepada Allah SWT semata. []
Sumber: The Return of Dinar Dirham/Shohibul Faroji/Muamalah College