MALANG—Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dilaporkan telah memperingatkan kedatangan “badai susulan” pasca bencana alam yang beberapa pekan melanda sejumlah daerah di Indonesia. Setelah muncul badai ‘cempaka’ dan ‘dahlia’ mensos mewanti-wanti kemunculan “Jamila” alias “Jadi miskin lagi” di kalangan masyarakat.
“Sekitar 80 persen dari warga yang terdampak bencana alam ini akhirnya berstatus jadi miskin lagi alias ‘Jamila.’ Meski sebelumnya mereka sudah masuk kategori sejahtera,” kata Mensos usai menutup Jambore Nasional ke-2 Relawan Muhammadiyah di UMM Dome di Malang, Jawa Timur, Antaranews melaporkan pada Ahad (3/12/2017).
“Berdasarkan pemetaan wilayah yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama Desember 2017, ada 323 kota dan kabupaten di Indonesia yang berisiko tinggi terhadap bencana alam, mulai dari banjir, gunung meletus dan tanah longsor,” terang mensos.
Penanganan pada tahap tanggap darurat harus jadi prioritas, termasuk bantuan pangan dari pemerintah. Pemerintah Daerah harus mau mengeluarkan SK Tanggap Darurat agar bisa mengeluarkan cadangan pangan di gudang Bulog.
Untuk tingkat kota dan kabupaten, katanya, cadangan pangan bagi masyarakat yang bisa dikeluarkan di bawah 100 ton, untuk tingkat provinsi hingga 200 ton, dan di atas 200 ton harus melalui SK Menteri Sosial.
“Saya kira Standard Operating Procedure (SOP)-nya sudah sangat jelas, sehingga kepala daerah tidak perlu ragu. Jika beras cadangan yang dikeluarkan untuk penanganan bencana alam itu tidak mencukup, bisa mengajukan ke Kemsos,” ujarnya.
Sebelumnya Mensos mengemukakan jika angka pengungsian hingga September 2017 mencapai 3,2 juta jiwa. Angka tersebut naik signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya 2,7 juta jiwa dan 2015 mencapai 1,2 juta. []