PERANG Ghabah (Dzur Qarad) adalah gerakan menghalau salah satu rumpun dari Bani Fazarah yang melakukan perampokan terhadap unta-unta milik Rasulullah SAW. Ini adalah peperangan pertama yang Rasulullah ikut terlibat di dalamnya setelah perjanjian Hudaibiyah dan sebelum Perang Khaibar.
Dari riwayat Salamah bin al-Akwa, ia menceritakan, “Rasulullah mengutus pembantunya Rabah dengan menunggang kuda Thalhah. Pada pagi harinya tiba-tiba Abdurahman Al-Fazari menyerang unta-unta itu, maka ia menguasai seluruhnya dan membunuh pengembalanya.
BACA JUGA: Bukan Hua Mulan, Islam Punya Pejuang Wanita Tangguh Bernama Khawlah binti Al Azwar
Aku berkata, ‘Hai Rabah, bawalah kuda ini dan berikan kepada Thalhah dan beri tahu Rasulullah.’
Kemudian aku berdiri di atas bukit menghadap ke arah Madinah, dan bereteriak, ‘Hai yang bangun di pagi hari, tolooong!!”
Kemudian saya keluar menuju mereka dan menyerang mereka dengan anak panah seraya melantunkan syair,
‘Aku putera al-Akwa, hari ini hari kebinasaan.’
Demi Allah, aku terus menyerang dan melukai kuda mereka jika ada penunggang kuda yang kembali ke arahku, aku duduk di bawah pohon kemudian menyerangnya dan melukai kudanya, hingga ketika kami berada di celah gunung yang sempit aku naik ke atasnya dan melempari mereka dengan bebatuan hingga mereka meninggalkan semua unta milik Rasulullah. Mereka juga meninggalkan 30 mantel dan 30 tombak untuk mempermudah pelarian mereka, dan apa-apa yang mereka tinggalkan aku beri tanda dengan bebatuan sehinga bisa di kenali oleh Rasulullah dan para shabatnya.
Setelah mereka sampai di salah satu celah di sebuah jalan setapak di gunung, mereka duduk-duduk dan makan siang, sementara aku berada di puncak bukit. Kemudian ada empat orang yang naik ke atas gunug tempatku berada.
Aku berkata kepadanya, ‘Apakah kalian mengenaliku? Aku Salamah bin al-Akwa, jika aku mengejar salah seorang diantara kalian pasti akan aku berhasil mengejarnya. Namun jika kalian yang mengejarku, maka kalian tidak akan berhasil melakukannya.’ Maka kembalilah mereka.
Aku tidak beranjak dari tempat persembunyianku hingga aku melihat pasukan berkuda yang dikirim Rasulullah sedang melesat di antara pepohonan. Lalu terjadilah duel antara dua pasukan yang berbeda, hingga Abdurahman tewas di tangan Abu Qatadah. Para pengikutnya berlarian, maka pasukan Islam terus mengikutinya, dan aku berlari mengejarnya tanpa kuda.
Sehingga sebelum matahari tenggelam mereka sampai di jalan perbukitan, dan di situ terdapat mata air yang bernama “Dzur Qarad”. Mereka para penyerang itu kehausan, namun aku tak membiarkan mereka minum satu tetes pun dari Dzur Qarad.
BACA JUGA: Untukmu Para Pejuang Tarbiyah
Rasulullah dan aku bertemu saat waktu Isya, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka sedang kehausan, jika engkau mengutus aku bersama seratus orang, maka aku akan dapat merebut tunggangan mereka dan menghabisi mereka.’
Kemudian Nabi bersabda, ‘Hai Ibnu al-Akwa, engkau orang yang hebat dan cukuplah apa yang telah kau lakukan itu.’ Nabi pun kemudian melanjutkan ucapannya, ‘Pasukan berkuda hari ini yang terhebat ialah Abu Qatadah, sedangkan pasukan pejalan kaki yang terhebat ialah Salamah.’” []
Sumber: Sirah Nabawiyah Peerjalanan Hidup Yang Agung Muhammad/ Penulis: Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri/ Penerbit: Darussalam,2001