NEW YORK–Pawai anti-Islam terbesar digelar di 28 kota di seluruh Amerika Serikat, seperti New York, Chicago, Boston, Denver, dan Seattle pada Sabtu (10/6/2017) waktu setempat.
Massa yang digerakkan oleh ACT, kelompok yang disebut penggiat hak sipil sebagai organisasi islamofobia, menolak hukum syariah di Amerika Serikat karena dinilai akan mengancam kebebasan di Negeri Abang Sam.
“Saya tidak membenci muslim, tapi Islam tidak sejalan dengan nilai-nilai Barat. Konstitusi adalah hukum, kita harus hati-hati dengan siapa pun yang akan masuk,” kata Chris Achey, 47 tahun, warga Allentown, Pennsylvania, di Balai Kota Harrisburg kepada Reuters, Minggu (11/6/2017)
Sejumlah demonstran yang turut dalam pawai anti-Islam terlihat membawa senjata api palsu dan menggunakan kostum pelindung senjata tajam. Sejumlah media menyebut para peserta sebagian besar merupakan pendukung kelompok supremasi kulit putih Amerika Serikat.
Namun unjuk rasa anti-Islam ini sempat berlangsung ricuh di beberapa kota setelah aksi tandingan pro-muslim digelar untuk melawan mereka. Sejumlah orang ditangkap karena bentrokan ini.
Molly Freiburg, 33 tahun, asal Philadelphia, adalah salah satu demonstran yang menentang pawai anti-muslim ini.
“Amerika tidak berada dalam darurat syariah,” ujar Freiburg. “Namun pawai ini menyebabkan warga muslim Amerika justru terancam.”
Pawai anti-Islam ini menjadi perhatian publik setelah Wali Kota Portland Ted Wheeler membatalkan rencana demo di kotanya. Keputusan ini menyusul kematian dua warganya yang berusaha melindungi perempuan muslim yang akan diserang teroris kulit putih.
Penyelenggara aksi kemudian memindahkan pawai mereka dari Portland ke Seattle. Di kota ini, aparat terpaksa menembakkan cairan merica untuk membubarkan perkelahian antara kelompok anti dan pro-Islam. Seorang perempuan dan dua lelaki ditangkap menyusul insiden di Taman Occidental.
Sedangkan di New York, sekitar 100 orang pendukung pawai anti-Islam berhadap-hadapan dengan 200 demonstran pendukung warga muslim di depan Gedung Trump.
Kepada Al Jazeera, Corey Saylor dari Dewan Hubungan Amerika Muslim atau CAIR menyebut pawai ini sebagai islamofobia dan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mengancam bagi warga muslim Amerika Serikat.
Data CAIR menunjukkan serangan anti-muslim meningkat 57 persen tahun lalu, termasuk kenaikan 44 persen kejahatan kebencian terhadap Islam. Laporan ini dirilis CAIR pada awal Mei lalu.
Southern Poverty Law, organisasi hak sipil Amerika Serikat, melaporkan ACT selaku penyelenggara aksi pawai anti-Islam ini, sebagai kelompok ekstremis yang menyuarakan islamofobia di Amerika Serikat.
ACT dikenal sangat mendukung kebijakan Presiden Donald Trump untuk melarang muslim masuk ke Amerika Serikat. []
Sumber: NBC News