YAMAN— Seorang pejabat Badan Anak-anak PBB (UNICEF) dikabarkan telah menyatakan keprihatinannya terhadap anak-anak korban konflik Yaman. Bahkan ia menyebut bahwa tahun 2017 adalah tahun yang menyedihkan bagi anak-anak Yaman.
“2017 adalah tahun yang mengerikan bagi anak-anak Yaman,” kata Meritxell Relano selaku Perwakilan UNICEF di Yaman kepada PBB News melalui telepon dari ibu kota, Sana’a.
Menurut laporan Scoop.co.nz, lebih dari 80 anak Yaman telah terbunuh atau terluka selama Desember 2017 saja. Sementara jutaan orang menghadapi epidemi kolera, kelaparan, gangguan layanan kesehatan dan blokade yang menghambat pengiriman pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan.
Relano mendesak solusi politik di Yaman, karena tanpa solusi politik, akan lebih banyak lagi anak-anak Yaman yang meninggal dunia.
Relano menceritakan pertemuannya dengan seorang wanita dan anaknya yang bernama Ali, 7, ketika sekarat di sebuah rumah sakit di Aden.
“Ali seperti kulit yang menempel di tulang. Saya bertanya mengapa mereka tidak datang lebih cepat, sang ibu mengatakan kepada saya bahwa dia tidak mampu naik bus ke rumah sakit. Tingkat kemiskinan di keluarga Yaman saat ini telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan,” ungkap Relano.
Untuk mengimbangi beberapa jenis kebutuhan, Relano mencatat bahwa sekitar 1,3 juta keluarga atau sekitar 8 juta orang hanya bergantung pada uang darurat sebagai bagian dari proyek pemindahan antara UNICEF dan Bank Dunia.
Relanno juga memuji upaya sukses untuk memberikan vaksin dan menerapkan kampanye imunisasi polio tahun2017 ini untuk memberi manfaat bagi sekitar 5 juta anak Yaman. Serta memberikan perawatan bagi 200 ribu anak dengan malnutrisi akut.
“Orang-orang yang bekerja di lapangan untuk mendukung warga Yaman adalah pahlawan sejati,” ujar Relano terhadap upaya otoritas lokal, dokter, perawat dan guru di negara tersebut. []