YAMAN—Sebanyak 35 ribu keluarga dilaporkan terpaksa meninggalkan wilayah Hadida sebelah barat Yaman, badan Pengungsi PBB melaporkan.
Mereka pergi untuk menyelematkan diri mereka dari perang, roket, meriam serta serangan udara yang terus menerus terjadi sejak lebih dari satu bulan yang lalu, menyusul serangan pasukan Koalisi Arab-UNEA.
BACA JUGA: Dari Yaman, Abdullah bin Qeis Ingin Bertemu Rasul
Dalam laporanya PBB menyebutkan, 20 ribu keluarga pengungsi telah mendapatkan bantuan. berlanjutnya serangan roket dan mariam secara masiv serta serangan udara yang terus menerus di dua kota Tuhita dan Zubaid di Barat Yaman.
Jumlah pengngsi terus bertambah, bersamaan dengan meluasnya wilayah pertempuran di wilayah Hadidah. Pasukan koalisi Saudi-UEA terus menggempur distrik Tahtia, sementara pasukan pemerintah mengklaim telah menguasainya.
Menurut laporan Reuters pada Selasa (17/7/2018), penduduk Farwa sebuah kota yang menjadi medan pertempuran antara kelompok Houthi dan pasukan pemerintah Yaman yang dibantu tentara Koalisi mengatakan, ribuan keluarga telah meninggalkan kota akibat gempuran roket dan pesawat apache yang terus menerus masiv di kota tersebut.
Pada 4 Juli kemarin, kantor PBB bidang koordinasi urusan kemanusiaan di Yaman mengatakan, 121 ribu warga Hadidah telah meninggalkan kota tersebut sejak 1 Juni lalu. Hanya tinggal setengah juta lagi warga yang masih bertahan di dalam kota.
BACA JUGA: Kuwait Kirim Dana Bantuan 59 Juta USD untuk Yaman
Para pengungsi tersebut menuju kota San’a dan sejumlah kota yang dikuasai kelompok Houthi di sebelah utara Yaman atau mereka pergu menuju sejumlah wilayah yang lebih aman seperti wilayah pantai Barat serta sejumlah kota di bagian selatannya seperti Aden.
Pada akhirnya, para pengungsi tersebut memerlukan bantuan yang mendasar untuk kelangsungan hidup mereka. Seperti tenda dan MCK, sebagaimana kamp-kamp di wilayah perang antara Aden dan Luhaj.
Sejak 13 Juni lalu, Pemerintahan sah Yaman yang didukung pasukan Koalisis Saudi-UEA kembali menguasai kota Hadidah dan sejumlah pelabuhan strategis di Laut Merah dari tangan Houthi.
Namun sejumlah pertempuran saat ini, hampir berhenti untuk memberi kesempatan bagi pemerintahan Yaman untuk mencari solusi bagi permasalahan krisis penduduk Hadida. Langkah ini sebagaimana diusulkan PBB kepada Yaman, Martin Grovest yang mengunjungi Yaman dan Aden dan bertemu dengan sejumlah pemimpin kelompok Houthi dan Presiden Abdu Robbih Manshur Hadi untuk memulai kembali perundingan dan menjauhi aksi-aksi militer di kota Hadida yang telah hancur berantakan. []
SUMBER: PIC