AMERIKA SERIKAT–Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres telah mendesak India dan Pakistan untuk segera mengakhiri ketegangan pasca serangan Hindu ekstremis di Kashmir. Serangan ini telah meningkatkan risiko konflik kekerasan antara kedua rival bersenjata nuklir itu.
Ketegangan meningkat antara dua musuh lama yang bertetangga pasca pemboman di Kashmir yang menewaskan lebih dari 40 tentara India pada Kamis (14/2/2019) pekan lalu.
Serangan itu menimbulkan kehebohan hebat anti-Pakistan di India, dengan orang-orang membakar bendera Pakistan di jalanan. New Delhi menuduh Islamabad menyembunyikan teroris, sehingga kedua negara memanas di tingkat tertinggi.
BACA JUGA: Hindari Serangan Hindu, 6.000 Muslim Kashmir Berlindung di Masjid-masjid
“Kami sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan antara kedua negara. Sekretaris jenderal menekankan pentingnya kedua belah pihak untuk melakukan pengekangan maksimum dan mengambil langkah segera untuk mengurangi ketegangan,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric, Selasa (19/2/2019).
Dia mengatakan bahwa PBB siap untuk bertindak sebagai perantara jika kedua belah pihak sepakat untuk berdamai.
Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi telah meminta PBB untuk turun tangan.
Pada Selasa (19/2/2019), Komandan Jenderal India KJS Dhillon mengatakan serangan itu “Dikendalikan dari seberang perbatasan oleh kelompok yang dianggap India sebagai teroris,” dengan bantuan agen mata-mata utama Pakistan.
BACA JUGA: Pasca Shalat Idul Adha, Bentrokan Pecah di Kashmir
Sebelumnya, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan negaranya akan memberikan “respons kuat” terhadap serangan itu. Sedangkan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan negaranya tidak akan ragu untuk membalas serangan.
Dalam tanggapan internasional terhadap meningkatnya ketegangan Pakistan-India, beberapa negara seperti Prancis, Inggris, dan AS mempertimbangkan dorongan baru ke Dewan Keamanan PBB untuk menempatkan pemimpin yang disebut Jaish-e-Mohammad (JeM) – Masood Azhar – masuk dalam daftar teror PBB. Namun dorongan ini menghadapi perlawanan dari Cina, kata para diplomat, AFP melaporkan. []
SUMBER: PRESSTV