SURIAH–Program Pangan Dunia PBB (WFP) telah memperingatkan bahwa Suriah bakal menghadapi krisis kelaparan yang parah. Diperkirakan 9,3 juta orang kekurangan makanan yang memadai di tengah ancaman wabah Corona di negara yang menghadapi krisis berkepanjangan tersebut.
WFP mengatakan bencana kelaparan belum terjadi karena saat masih bisa dikendalikan, namun krisis parah bisa saja terjadi dengan cepat, Reuters melaporkan pada Jumat (26/6/2020). Badan ini mengatakan pada sebuah pengarahan di Jenewa bahwa jumlah orang yang kekurangan bahan makanan pokok telah meningkat sebesar 1,4 juta dalam enam bulan terakhir.
BACA JUGA: Lihat Foto Putranya Disiksa Hingga Tewas di Penjara Suriah, Pria Ini Meninggal Dunia
Harga makanan juga telah melonjak lebih dari 200% dalam waktu kurang dari satu tahun karena jatuhnya ekonomi negara tetangga seperti Libanon dan langkah-langkah pembatasan Covid-19 di Suriah, kata juru bicara WFP Elisabeth Byrs.
“Setelah sembilan tahun konflik bersenjata, lebih dari 90% populasi Suriah hidup di bawah garis kemiskinan dan hanya berpenghasilan 2 dolar per hari sedangkan kebutuhan kemanusiaan meningkat,” kata Akjemal Magtymova, Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Suriah, mengatakan pada acara terpisah.
“Kurang dari separuh rumah sakit umum Suriah masih berfungsi, sementara separuh dari tenaga medis telah melarikan diri sejak konflik dimulai. Sedangkan yang tersisa menghadapi ancaman penculikan dan pembunuhan,” tambahnya.
Pihak berwenang telah melaporkan 248 kasus infeksi virus corona, termasuk 9 kematian di daerah yang dikuasai rezim Assad. Sementara 5 kasus lebih lanjut dan satu kematian telah dicatat oleh pemerintah yang dipimpin Kurdi di timur laut, menurut angka WHO.
“Angka-angka resmi mewakili kemungkinan kenyataan yang sebenarnya, dan itu sama sekali tidak baik bagi Suriah,” kata Richard Brennan, direktur darurat regional WHO.
BACA JUGA: Pejabat Iran Sebut Negaranya Habiskan 30 Miliar USD agar Bashar Assad Tetap Berkuasa di Suriah
Setelah awal yang lambat, wabah Covid-19 di Irak, Mesir dan Turki mengalami peningkatan seperti yang diperkirakan terjadi di Suriah.
“Apa yang kami tahu di Suriah adalah Anda tidak memiliki wabah eksplosif, Anda tidak bisa menutupi, namun Anda jangan lupa bahwa wabah bisa meledak kapan saja. Fasilitas kesehatan tidak kewalahan, jadi inilah sebabnya kami masih memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesiapsiagaan kami untuk meminimalisir dan memitigasi wabah terburuk,” kata Brennan.
“Tidak ada infeksi yang dilaporkan terjadi di barat laut yang dikuasai pemberontak. Namun wilayah berpenduduk padat hanya memiliki satu laboratorium fungsional dan risiko penyebaran virus corona baru bisa tinggi dengan cepat,” tambahnya. []
SUMBER: MEMO