MYANMAR—Sekjen PBB Antonio Guterres dikabarkan telah mendesak Myanmar dan Bangladesh untuk mengizinkan akses bantuan kemanusiaan bagi Muslim di Rakhine, Myanmar.
“Banyak dari mereka yang melarikan diri adalah wanita dan anak-anak, beberapa di antaranya terluka. Para korban harus mendapat akses pengiriman bantuan secara bebas,” ujar juru bicara Guterres, Stephane Dujarric pada Senin (28/8/2017).
Bentrokan baru-baru ini antara pasukan rezim Myanmar dan Muslim Rohingya telah menewaskan setidaknya 104 orang – yang mayoritas adalah Muslim, ditambah 12 anggota pasukan keamanan Myanmar dan beberapa warga sipil, DW melaporkan.
Kekerasan tersebut telah mendorong sejumlah besar minoritas Muslim melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh.
Badan pengungsi PBB mengatakan, lebih dari 3.000 orang telah tiba di Bangladesh dalam tiga hari terakhir. Bentrokan tersebut dipicu oleh serangan pasukan rezim yang terkoordinasi pada Jumat (25/8/2017) pekan lalu di pos polisi dan sebuah pangkalan militer.
Pada Sabtu (26/8/2017), tentara rezim Myanmar dilaporkan menembaki Muslim Rohingya yang melarikan diri dari bentrokan tersebut.
Setelah muncul laporan bahwa pihak berwenang Bangladesh mengembalikan warga sipil Rohingya secara paksa, Guterres mendesak negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut untuk mengizinkan Muslim Rohingya untuk mendapat keselamatan.
“Menyadari bahwa Bangladesh telah menjadi ‘tuan rumah’ para pengungsi dari Myanmar selama beberapa dasawarsa, Guterres meminta Bangladesh untuk terus mengizinkan Muslim Rohingya masuk untuk mendapat keamanan,” kata pernyataan PBB tersebut.
Menurut laporan, sekitar 400 ribu Muslim Rohingya saat ini tinggal di Bangladesh. Karena banyaknya pengungsi Rohingya yang tinggal, membuat Bangladesh tidak mengizinkan pengungsi baru masuk. []