PALESTINA–Gerakan Fatah Palestina telah mengkritik tajam Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo atas pernyataannya tentang pemilu yang akan digelar Palestina. Hal ini sejalan dengan sikap Otoritas Palestina (PA) yang tegas menolak perjanjian normalisasi negara-negara Arab dengan Israel dan menentang kesepakatan abad ini.
Munir Jaghoub, kepala Departemen Informasi Fatah di Kantor Mobilisasi dan Organisasi Palestina menanggapi Pompeo melalui sebuah posting di Facebook:
BACA JUGA: Trump Sebut Bahrain telah Mencapai Normalisasi dengan Israel
“Tuan Pompeo, kapan Anda akan mengakui Palestina dan menyadari bahwa rakyat kami selalu memilih kepemimpinan mereka sendiri? Meskipun kami di bawah pendudukan, Palestina bukanlah republik pisang. Anda harus menyadari bahwa martabat harga diri dan kepercayaan diri di masa depan adalah modal kuat Palestina, seperti minyak zaitun, thyme dan pakaian Kanaan yang disulam dengan cinta,” tegas pemimpin Fatah itu, MEMO melaporkan pada Sabtu (3/10/2020).
“Kami tidak akan berbicara dengan siapa pun atas dasar apa yang disebut kesepakatan abad ini dan satu-satunya dialog yang akan kami terima harus didasarkan pada legitimasi internasional. Tujuan kami adalah mengakhiri pendudukan dan mendirikan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya di perbatasan tanggal 4 Juni 1967,” tambah Jaghoub.
Pejabat Fatah itu juga menasihati Pompeo “untuk tidak mengkompromikan hak Palestina,” dengan menyatakan bahwa “Banyak menteri luar negeri dan presiden datang dan pergi sebelum Anda, tetapi Palestina tetap berdiri dan rakyatnya akan terus mempertahankan tanah air mereka.”
BACA JUGA: Sepakat untuk Bersatu, Hamas dan Fatah Berterimakasih pada Erdogan dan Rakyat Turki
“Kepemimpinan Palestina akan tetap ada karena memperoleh legitimasi dari kepercayaan rakyat, dan Anda, presiden dan pemerintahan Anda akan segera jatuh oleh keputusan rakyat AS,” tambahnya.
AS telah mengusulkan kesepakatan abad ini dan mengatur perjanjian normalisasi Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain dengan Israel. Kepemimpinan Palestina menolak upaya tersebut dan berpendapat bahwa Palestina perlu memilih kepemimpinan yang bersedia melakukan dialog untuk perdamaian.
Pompeo juga mengungkapkan harapannya bahwa Palestina akan bergabung dengan rencana AS dan berkomitmen untuk negosiasi dan dialog serius dengan Israel. []
SUMBER: MEMO