YERUSALEM- Dominic Allen, perwakilan Population Fund (UNFPA)PBB untuk negara Palestina menyatakan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza saat ini adalah “mimpi buruk” bagi ibu dan bayi.
“Dokter melaporkan seringnya bayi baru lahir dalam kondisi kecil dan sakit-sakitan, bayi lahir mati, dan perempuan yang terpaksa menjalani operasi caesar tanpa anestesi yang memadai,” kata Dominic, dalam konferensi pers video dari Yerusalem, pada hari Jumat (15/3/2024).
Dominic, yang baru-baru ini mengunjungi rumah sakit Emirat di Rafah di Gaza selatan, mengatakan kondisi di bangsal bersalin di fasilitas tersebut sangat meresahkan. “Saya secara pribadi meninggalkan Gaza minggu ini karena ketakutan terhadap satu juta perempuan dan anak perempuan di Gaza… dan terutama bagi 180 perempuan yang melahirkan setiap hari,” ujarnya.
BACA JUGA: Biadab! 29 Warga Gaza Tewas Diserang Penjajah Israel saat Antre Bantuan
“Dokter melaporkan bahwa mereka tidak lagi melihat bayi berukuran normal. Tragisnya, apa yang mereka lihat adalah lebih banyak bayi lahir yang mati… dan lebih banyak kematian neonatal, yang sebagian disebabkan oleh malnutrisi, dehidrasi, dan komplikasi,” tegas Dominic lagi.
“Kami mendapat laporan mengenai ketersediaan anestesi yang tidak mencukupi untuk operasi caesar, yang sekali lagi tidak terpikirkan.”
“Para ibu itu harus merangkul anak-anak mereka,” katanya. “Anak-anak itu tidak boleh dibungkus dalam kantong mayat.”
Allen mengatakan pihak berwenang Israel telah menolak mengizinkan beberapa pengiriman pasokan UNFPA, seperti peralatan untuk bidan. Israel juga menghapus pasokan seperti senter dan panel surya.
“Ini adalah mimpi buruk yang lebih dari sekadar krisis kemanusiaan,” katanya. “Ini adalah krisis kemanusiaan… melebihi suatu bencana besar.”
BACA JUGA: UNRWA: Israel Larang Masuknya Bantuan Penting ke Gaza
Apa yang dilihatnya saat berkendara melalui Gaza, katanya, “benar-benar menghancurkan hati saya.”
Setiap orang yang dia temui atau ajak bicara, kata Allen, “kurus, kurus, lapar” dan kelelahan karena perjuangan sehari-hari untuk bertahan hidup.
Di salah satu pos pemeriksaan militer, katanya, dia melihat seorang anak laki-laki yang tampaknya berusia sekitar lima tahun berjalan dengan tangan terangkat tinggi, ketakutan, sementara kakak perempuannya mengikuti di belakang sambil memegang bendera putih. []
SUMBER: PALESTINIAN INFORMATION CENTER