Oleh: Akmal Firman
akmalfirman2@gmail.com
BIJAKSANA ialah mampu menempatkan pada tempatnya, pelengkap dari keadilan. Bijaksana berawal dari kejujuran yang merupakan modal penting bagi setiap orang. Sayangnya, kini pelajar yang menjadi tumpuan masa depan bangsa tengah mengalami krisis kejujuran.
Sebagai contoh ketika ujian tak sedikit pelajar yang ‘searching’ memanfaatkan internet di era teknologi canggih ini, karya tulis yang ‘copy-paste,’ bahkan sebagian orang yang berlaku licik dengan memanipulasi nilai demi memuaskan di rapor/Ijazah. Bahkan kita sering mendengar bocornya kunci jawaban soal ujian.
Ya , benarlah apa yang dikatakan oleh Bung Hatta,Wakil Presiden RI yang pertama , ”Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar,kurang cakap dapat diperbaiki dengan pengalaman, namun tidak jujur sulit diperbaiki.”
Dalam Islam, kecurangan (Cheating), merupakan hal yang terlarang, bahkan Allah SWT berfirman didalam surah Al-Muthafifin ayat 1 “Celakah orang yang berlaku curang.” Dan kita telah mafhum dan mengetahui bahwa salah satu ciri kemunafikan adalah berdusta.
Isu kecurangan ini sering diangkat dan menjadi topik hangat. Di beberapa sekolah, guru-guru mencoba menyadarkan anak didiknya, namun tak sedikit pula guru-guru yang lupa menyadarkan anak didiknya. Terkadang pengawas ulangan begitu enak membiarkan bahkan menyuruh untuk menyontek dan berdiskusi.
Rasanya wujud manusia yang beradab di negeri ini perlahan pudar, segala etika dan norma dilanggar begitu enak. Menyontek, berbuat curang sudah menjadi hal yang tidak lagi mengherankan. Terkadang orangtua memaksakan, ingin anaknya selalu mendapatkan nilai besar tak peduli dan masa bodoh dengan cara apa anak itu mendapatkannya.
Kini marilah kita tanyakan kejujuran pada diri kita sendiri. “Apakah kita telah malu berbuat jujur? Apakah kita selalu memaksakan anak kita untuk mendapat nilai besar? Apakah kita selalu mengingkan anak didik kita berpretasi dengan kecurangan hakiki?
Orangtua merupakan hakikat pendidikan sesungguhnya. Pendidikan bukan sekolah/ pesantren saja, orangtua mungkin lupa bahwa pendidikan sejati mulai dari rumah, wujud dan biasa disebut Madrasah Ula. Lalu siapa Madrasah Ula itu? Tidak lain adalah adalah ibu dan ayah, di sinilah pendidikan Informal itu dimulai.
Oleh karenanya, sepakatlah kita bahwa problem pertama kejujuran harus ditanamkan di pendidikan informalnya yaitu rumah. Hendaklah kita memberikan pemahaman kepada anak-anak kita untuk takut kepada Allah, mengesakanNya, dan selalu mendekat padaNya. Seperti yang diajarkan oleh Luqman yang telah Allah abadikan dalam Al-Quran dan menjadi salah nama surat. Wallahu’allam. []