Suatu malam, karena sangat lelah, Umar menolak kunjungan seorang warganya. “Esok pagi saja!” ucapnya spontan. Khalifah Umar berharap, esok pagi ia bisa lebih segar sehingga urusan bisa diselesaikan dengan baik.
Tapi, sebuah ucapan tak terduga tiba-tiba menyentak kesadaran Khalifah kelima ini. Warga itu mengatakan, “Wahai Umar, apakah kamu yakin akan tetap hidup esok pagi?” Umar pun langsung beristighfar. Saat itu juga, ia menerima kunjungan warga itu.
BACA JUGA:Â Umar bin Khattab Membeli Dosa dari Seorang Nenek
Kalau kita menganggap remeh sebuah ruang waktu, sebenarnya kita sedang membuang sebuah kesempatan. Kalau pergi, kesempatan tidak akan kembali. Ia akan pergi bersama berlalunya waktu. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (QS. 103: 1-2)
Siap atau tidak, jatah waktu kita terus berkurang. Ketika seseorang sedang merayakan hari ulang tahun, sebenarnya ia sedang merayakan berkurangnya jatah usia. Umurnya sudah berkurang satu tahun. Atau, hari kematiannya lebih dekat satu tahun.
Dalam skala yang lebih luas, pergantian tahun adalah berarti berkurangnya umur dunia. Atau, hari kiamat lebih dekat satu tahun dibanding tahun lalu.
BACA JUGA:Â Ketika Umar Meminta Dikuburkan di Samping Kuburan Rasulullah dan Abu Bakar
Ketika jatah-jatah waktu itu terus berkurang, peluang kita semakin sedikit. Biasanya, penyesalan datang belakangan. “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (QS. 89: 23-24). []