ADA keraguan yang cukup kuat pada diri Zaid bin Tsabit ketika Umar mengusulkan sesuatu: Alquran harus dibukukan. Saat itulah Zaid bin Tsabit berucap, “Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?”
Umar pun akhirnya menjelaskan. “Perang Yamamah telah banyak menewaskan banyak penghafal Alquran. Aku khawatir, peperangan lain juga akan mengurangi jumlah penghafal Quran di daerah-daerah. Sehingga, banyak bagian Alquran yang menghilang.”
Khalifah Abu Bakar pun setuju. Ia meminta Zaid sebagai koordinator. “Demi Allah,” kata Zaid. “Sekiranya mereka menyuruhku untuk memindahkan sebuah gunung, tidaklah lebih berat bagiku daripada perintah mengumpulkan Alquran.”
BACA JUGA: Bagaimana Al-Quran Jelaskan Air sebagai Sumber Kehidupan?
Penggalan kisah di atas memberikan dua pelajaran. Pertama, ide perubahan bukan sesuatu yang tabu. Selama bukan persoalan prinsip, perubahan sangat terbuka lebar. Di pintu inilah, muncul banyak mujtahid Islam. Dari pintu ini pula, Islam menelurkan banyak ahli di bidang pengetahuan.
Pelajaran kedua, perubahan kadang seperti yang dialami Zaid bin Tsabit. Berat dan meragukan. Tapi, di sinilah tantangan sebuah perubahan. Perubahan yang baik justru butuh paksaan. Bisa berupa mengikis halangan psikologis, tradisi, dan doktrin yang belum berdasar.
Saat ini, Indonesia bisa dibilang negeri seribu satu tradisi, kebiasaan, dan doktrin. Ada yang positif. Ada juga yang negatif jika dilihat dari sudut pandang Islam.
Masalahnya, tidak sedikit imbas kebiasaan negatif yang meresap dalam diri orang sekitar. Lama, biasa, dan akhirnya jadi budaya. Tanpa sadar, ada kebiasaan buruk yang terus terjaga dan lestari dalam diri.
Budaya mistik misalnya. Tidak sedikit generasi berpendidikan saat ini yang masih takut dengan gelap. Padahal, gelap cuma soal cahaya. Karena matahari berada di sisi lain dari bumi, suasana pun menjadi gelap.
BACA JUGA: Jarang Diketahui, Inilah Perbedaan Surat Makkiyah dan Madaniyah Dalam Al-Quran
Lebih aneh lagi jika takut gelapnya masih dalam ruangan rumah. Tidak ada binatang buas, tidak ada orang jahat. Orang yang tinggal tidak berubah, benda-benda pun masih itu-itu juga. Jika takut jenis ini membudaya, kita sebenarnya sudah terjebak pada budaya klenik bin mistik. Takut yang disebabkan karena kepercayaan munculnya makhluk halus yang menakutkan.
Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. 3: 175) []